GUSNUL YAKIN SETELAH MENANGANI AREMA

Hilangkan Sakit Bersama Tiga Motor Antiknya
koncomacan - Tanggal 30 Juni kemarin, Gusnul Yakin resmi mengakhiri kontrak sebagai pelatih Arema musim 2008-2009. Lantas, apa yang dikerjakan Gusnul setelah "lepas" dari Arema?
Rumah besar bercat putih di Jalan Danau Maninjau Selatan D1/D24 pagi kemarin sekitar 08.30 terlihat sepi. Namun, pintu yang terbuka memberi tanda bahwa ada penghuni di rumah tersebut.
Benar saja. Di ruang tamu tampak Gusnul Yakin yang hanya mengenakan kaus dan celana pendek. Dia santai sambil membaca koran Jawa Pos Radar Malang. Sesekali pria parobaya itu membenarkan kacamata minusnya agar bisa membaca dengan jelas.
Aktivitas mantan pemain Arema era Galatama itu terhenti ketika Radar mengetuk pintu rumah. Senyum Gusnul mengembang menyambut kedatangan Radar yang sebelumnya telah membuat janji.
Pelatih kelahiran Malang 17 Maret 1956 itu lebih banyak menghabiskan waktu bersama keluarga sejak menuntaskan laga super league bersama Arema 10 Juni lalu. Maklum, sejak menerima pinangan Arema untuk menggantikan Bambang Nurdiansyah pada pertengahan putaran pertama hingga sekarang, pikiran, tenaga, dan waktu mantan pemain timnas era 1980-an ini banyak dicurahkan untuk menangani tim berlogo kepala singa itu daripada keluarganya. "Kompetisi sudah usai. Jadi, saatnya waktu saya untuk kumpul bersama keluarga," ucap Gusnul.
Di samping aktivitas kumpul keluarga, pria berusia 53 tahun itu juga bisa kembali menyalurkan hobi mengutak-atik motor-motor antiknya. Dia juga sering bepergian menikmati jalanan dan pemandangan Malang dengan motor-motor antiknya itu.
Mungkin tak banyak yang tahu bahwa Gusnul termasuk hobi mengoleksi motor antik. Sejak muda, dia sudah senang dengan motor kuno. Di rumah mantan pelatih Persibo itu, kini ada tiga motor antik. Yakni motor BMW keluaran 1950, Vespa Lambreta keluaran 1950, serta motor yang disebut Gusnul dengan nama "Sandal Kopling" keluaran 1950.
Tiga motor kuno itu didapatkan Gusnul melalui koleganya, baik ketika dirinya menjadi pemain maupun pelatih. Motor-motor tersebut terawat dan masih tangguh di jalan. "Motor BMW ini baru saya perbaiki semuanya. Yang dua nanti menyusul. Tapi semuanya masih bisa jalan," tutur Gusnul sambil menjajal mesin motor BMW.
Sambil mengamati mesin motor BMW, Gusnul mengungkapkan hobinya mengoleksi motor antik ini sebagai bentuk pelampiasan ketika tidak menjadi pelatih. Sebab, apabila tidak ada aktivitas di lapangan bola, ia sering sakit. Seakan-akan lapangan bola sudah menjadi bagian dari organ hidupnya. "Kalau sudah ke lapangan hijau, semua persoalan terasa hilang. Tapi bila tidak ke lapangan, tubuh ini terasa sakit. Jadi, hiburannya ya jalan-jalan naik kendaraan antik ini," ungkap mantan pemain Warna Agung ini.
Terkait prestasinya melatih Arema, Gusnul merasa kurang puas. Ini tidak terlepas dengan prestasi Arema a yang hanya mampu finis di urutan terbawah papan tengah. Meski demikian, dia merasa bangga karena Arema tidak masuk papan bawah, apalagi zona degradasi.
Bagi Gusnul, salah satu penyebab Arema gagal memenuhi target masuk papan atas karena dirinya tidak menangani sejak awal. Kondisi itu membuat dia tidak mengetahui secara betul kualitas permainan dan karakter setiap pemain yang direkrut Arema sebelum dirinya masuk.
Akibatnya, Gusnul harus mempelajari karakter permainan setiap pemain. Ini dilakukan agar bisa memahami gaya permainan masing-masing pemain sehingga memudahkan untuk menerapkan pola dan strategi. Namun faktanya, tim juara copa dua kali tersebut baru terlihat padu di akhir kompetisi, yakni menghadapi Persita (6/6) dan Persijap (10/6).
Bagaimana rencana melatih kembali? Gusnul mengatakan belum ada gambaran untuk melatih di Arema maupun di tim lain. Tetapi, dia mengakui ada beberapa tawaran dari klub profesional. Namun, belum ada yang deal. "Belum ada kepastian saya akan melatih di tim mana karena jadwal kompetisi tahun ini juga belum jelas," ujar mantan pelatih Persiba Balikpapan ini.
Meskipun belum ada kepastian melatih, Gusnul tetap memberikan perhatian kepada Arema. Gusnul menyarankan komposisi pemain Arema di musim kompetisi tahun depan lebih mengandalkan pemain asli Malang. Selain sebagai pembinaan, Arema akan lebih berkarakter seperti tim Arema di era Galatama.
Untuk mendapatkan pemain asli Malang, bisa dilakukan dengan mempertahankan pemain yang bermain di Arema saat ini dan merekrut pemain Malang yang tahun lalu bermain di tim luar Malang. Baik tim super league maupun di divisi utama.
Dengan mengandalkan pemain asli Malang, Gusnul menyakini Arema akan menjelma sebagai tim yang solid. Dia mengisahkan ketika dirinya melatih Arema di era Galatama pada 1991-1992. Semua pemain saat itu mayoritas dari Malang. Meski hanya disokong dana pas-pasan, Arema mampu menjadi jawara Galatama. Itu menunjukkan bahwa pemain Malang memiliki semangat berlipat ganda dan pantang menyerah. "Saya rasa sudah saatnya Arema kembali mengandalkan pemain asli Malang," kata dia. (red/agus ef)
koncomacan - Tanggal 30 Juni kemarin, Gusnul Yakin resmi mengakhiri kontrak sebagai pelatih Arema musim 2008-2009. Lantas, apa yang dikerjakan Gusnul setelah "lepas" dari Arema?
Rumah besar bercat putih di Jalan Danau Maninjau Selatan D1/D24 pagi kemarin sekitar 08.30 terlihat sepi. Namun, pintu yang terbuka memberi tanda bahwa ada penghuni di rumah tersebut.
Benar saja. Di ruang tamu tampak Gusnul Yakin yang hanya mengenakan kaus dan celana pendek. Dia santai sambil membaca koran Jawa Pos Radar Malang. Sesekali pria parobaya itu membenarkan kacamata minusnya agar bisa membaca dengan jelas.
Aktivitas mantan pemain Arema era Galatama itu terhenti ketika Radar mengetuk pintu rumah. Senyum Gusnul mengembang menyambut kedatangan Radar yang sebelumnya telah membuat janji.
Pelatih kelahiran Malang 17 Maret 1956 itu lebih banyak menghabiskan waktu bersama keluarga sejak menuntaskan laga super league bersama Arema 10 Juni lalu. Maklum, sejak menerima pinangan Arema untuk menggantikan Bambang Nurdiansyah pada pertengahan putaran pertama hingga sekarang, pikiran, tenaga, dan waktu mantan pemain timnas era 1980-an ini banyak dicurahkan untuk menangani tim berlogo kepala singa itu daripada keluarganya. "Kompetisi sudah usai. Jadi, saatnya waktu saya untuk kumpul bersama keluarga," ucap Gusnul.
Di samping aktivitas kumpul keluarga, pria berusia 53 tahun itu juga bisa kembali menyalurkan hobi mengutak-atik motor-motor antiknya. Dia juga sering bepergian menikmati jalanan dan pemandangan Malang dengan motor-motor antiknya itu.
Mungkin tak banyak yang tahu bahwa Gusnul termasuk hobi mengoleksi motor antik. Sejak muda, dia sudah senang dengan motor kuno. Di rumah mantan pelatih Persibo itu, kini ada tiga motor antik. Yakni motor BMW keluaran 1950, Vespa Lambreta keluaran 1950, serta motor yang disebut Gusnul dengan nama "Sandal Kopling" keluaran 1950.
Tiga motor kuno itu didapatkan Gusnul melalui koleganya, baik ketika dirinya menjadi pemain maupun pelatih. Motor-motor tersebut terawat dan masih tangguh di jalan. "Motor BMW ini baru saya perbaiki semuanya. Yang dua nanti menyusul. Tapi semuanya masih bisa jalan," tutur Gusnul sambil menjajal mesin motor BMW.
Sambil mengamati mesin motor BMW, Gusnul mengungkapkan hobinya mengoleksi motor antik ini sebagai bentuk pelampiasan ketika tidak menjadi pelatih. Sebab, apabila tidak ada aktivitas di lapangan bola, ia sering sakit. Seakan-akan lapangan bola sudah menjadi bagian dari organ hidupnya. "Kalau sudah ke lapangan hijau, semua persoalan terasa hilang. Tapi bila tidak ke lapangan, tubuh ini terasa sakit. Jadi, hiburannya ya jalan-jalan naik kendaraan antik ini," ungkap mantan pemain Warna Agung ini.
Terkait prestasinya melatih Arema, Gusnul merasa kurang puas. Ini tidak terlepas dengan prestasi Arema a yang hanya mampu finis di urutan terbawah papan tengah. Meski demikian, dia merasa bangga karena Arema tidak masuk papan bawah, apalagi zona degradasi.
Bagi Gusnul, salah satu penyebab Arema gagal memenuhi target masuk papan atas karena dirinya tidak menangani sejak awal. Kondisi itu membuat dia tidak mengetahui secara betul kualitas permainan dan karakter setiap pemain yang direkrut Arema sebelum dirinya masuk.
Akibatnya, Gusnul harus mempelajari karakter permainan setiap pemain. Ini dilakukan agar bisa memahami gaya permainan masing-masing pemain sehingga memudahkan untuk menerapkan pola dan strategi. Namun faktanya, tim juara copa dua kali tersebut baru terlihat padu di akhir kompetisi, yakni menghadapi Persita (6/6) dan Persijap (10/6).
Bagaimana rencana melatih kembali? Gusnul mengatakan belum ada gambaran untuk melatih di Arema maupun di tim lain. Tetapi, dia mengakui ada beberapa tawaran dari klub profesional. Namun, belum ada yang deal. "Belum ada kepastian saya akan melatih di tim mana karena jadwal kompetisi tahun ini juga belum jelas," ujar mantan pelatih Persiba Balikpapan ini.
Meskipun belum ada kepastian melatih, Gusnul tetap memberikan perhatian kepada Arema. Gusnul menyarankan komposisi pemain Arema di musim kompetisi tahun depan lebih mengandalkan pemain asli Malang. Selain sebagai pembinaan, Arema akan lebih berkarakter seperti tim Arema di era Galatama.
Untuk mendapatkan pemain asli Malang, bisa dilakukan dengan mempertahankan pemain yang bermain di Arema saat ini dan merekrut pemain Malang yang tahun lalu bermain di tim luar Malang. Baik tim super league maupun di divisi utama.
Dengan mengandalkan pemain asli Malang, Gusnul menyakini Arema akan menjelma sebagai tim yang solid. Dia mengisahkan ketika dirinya melatih Arema di era Galatama pada 1991-1992. Semua pemain saat itu mayoritas dari Malang. Meski hanya disokong dana pas-pasan, Arema mampu menjadi jawara Galatama. Itu menunjukkan bahwa pemain Malang memiliki semangat berlipat ganda dan pantang menyerah. "Saya rasa sudah saatnya Arema kembali mengandalkan pemain asli Malang," kata dia. (red/agus ef)
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda