KARTU KUNING DI DISL 2008/2009

Maraknya Kartu di DISL 2008/2009
Wasit Tegas, Pemain Kurang Mengerti
Djarum Indonesia Super League (DISL) edisi perdana disesaki dengan banjirnya kartu. Di putaran pertama lalu, tercatat 523 kartu kuning serta 29 kartu merah dilayangkan dari kantong sang pengadil.
WASIT memegang peranan penting dalam sebuah pertandingan. Segala keputusannya menentukan hasil akhir.
Karena itu, wasit selalu dituntut untuk menjalankan tugasnya dengan semangat fair play. Salah satunya saat memutuskan untuk memberikan kartu bagi pemain yang dianggap layak diberi ganjaran.
Namun, masih ada beberapa wasit yang acuh dengan semangat fair play tersebut. Mereka rela menodai seragam wasitnya dengan keputusan memberikan ganjaran kartu bagi para pemain.
Tujuannya jelas, untuk memberikan keuntungan bagi tim yang sudah "menservisnya" dengan baik.
"Memang masih ada wasit yang bertugas dengan curang. Tapi, saya melihatnya sudah jauh berkurang. Apalagi, terbantu sebenarnya masyarakat terbantu dengan adanya siaran langsung. Jadi, wasit tidak akan semena-mena memberikan kartu pada seorang pemain," kata Andi Slamet, pengamat sepak bola nasional.
Mengenai jumlah kartu yang sudah dikeluarkan wasit selama putaran pertama, dia menganggap hal tersebut sebagai sebuah hal yang wajar. Sebab, klub-klub peserta DISL berlomba untuk mempertahankan posisinya di kasta tertinggi sepak bola Indonesia.
"Setiap klub bermain dengan semangat yang tinggi. Tapi, hal tersebut sering kebablasan. Para pemain akhirnya tersulut emosinya. Hal itulah yang menyebabkan mereka bermain dengan kepala panas," tambah Andi.
Jumlah 523 kartu kuning dan 29 kartu merah yang keluar dari kantong wasit selama putaran pertama DISL pun diprediksi akan bertambah banyak di putaran kedua, terutama menjelang kompetisi berakhir. Dan, tim-tim yang berada di papan atas maupun papan bawah akan menjadi kontestan yang paling rawan menerima banjir kartu.
"Di pekan-pekan akhir, jika ada tim yang masih berpeluang, baik untuk menjadi juara serta bertahan di DISL pasti akan menunjukkan permainan ngototnya. Permainan itulah yang menjadi awal dari banyaknya kartu yang akan keluar," jelas Andi.
Malah, Andi memprediksi jika di akhir kompetisi nanti jumlah kartu yang keluar dari kantong wasit bisa naik dua kali lipat. Itu artinya, jumlah total kartu yang dikeluarkan oleh para pengadil lapangan hijau tersebut akan mencapai angka 1.000 kartu.
Apakah itu menunjukkan ketegasan wasit? Ataukah ada main mata antara wasit dan klub yang menginginkan sebuah keuntungan? Wasit asal Purwakarta, Mardi, memilih opsi pertama dan menolak pilihan kedua.
Menurutnya, kualitas wasit yang berlaga di DISL sudah menunjukkan banyak peningkatan. "Selama ini, kami (para wasit) selalu berusaha tegas. Artinya, berusaha fair ketika memutuskan untuk memberikan kartu kepada setiap pemain yang memang layak dapat kartu. Tapi, kenyataannya, banyak pemain yang tidak mau menerima. Sebab, mereka tidak paham dengan aturan yang ada. Akhirnya, mereka melakukan protes pada wasit," jelas Mardi.
DENDA GANDA DARI KARTU
PSSI musim ini telah memproklamirkan satu format kompetisi baru. Kompetisi tersebut adalah Djarum Indonesia Super League (DISL).
Karena baru, regulasinya pun banyak yang berbeda dengan kompetisi musim sebelumnya. Salah satu perubahan regulasi itu terkait kartu kuning dan kartu merah.
Karena baru, regulasinya pun banyak yang berbeda dengan kompetisi musim sebelumnya. Salah satu perubahan regulasi itu terkait kartu kuning dan kartu merah.
Mulai musim ini, PSSI menerapkan aturan ganda menyangkut kartu. Otoritas sepak bola nasional itu tak sekadar menjatuhkan denda atas kartu yang diterima individu. Tapi, sanksi juga diarahkan ke klub.
Untuk individu, ada tiga macam denda yang diterapkan. Setiap pemain yang terkena akumulasi kartu kuning, maka mereka harus membayar denda Rp 3 juta. Jika pemain mendapat kartu merah tidak langsung, mereka harus mengeluarkan uang Rp 4 juta untuk denda. Sedang, untuk kartu merah, denda yang wajib dibayarkan adalah Rp 5 juta.
"Ini sudah diatur dalam manual liga. Untuk denda seperti ini, BLI (Badan Liga Sepak Bola Indonesia, red) yang menanganinya," kata Azwan Karim, manajer administrasi kompetisi BLI.
Selain aturan yang dijalankan BLI tersebut, PSSI juga menerapkan regulasi tentang kartu melalui komisi disiplin (komdis). Hukuman itu terkait tim yang terdapat empat atau lebih pemainnya yang terkena kartu dalam satu pertandingan.
"Hukuman itu tercantum di pasal 52 kode disiplin PSSI mengenai tingkah laku buruk," terang Ketua Komdis PSSI Hinca Pandjaitan.
Tingkah laku buruk dalam pasal 52 tersebut hukumannya maksimal denda Rp 150 juta. Selama ini, hampir semua kontestan ISL sudah terjerat aturan tersebut. Hanya, dendanya tidak mencapai Rp 150 juta. Komdis kerapkali menjatuhkan denda mulai dari angka Rp 20 juta. Jika klub kembali terjerat aturan yang sama, Komdis biasanya menaikkan dendanya.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda