GANDENG KONSULTAN BELUM KANTONGI RESTU NEGARA

koncomacan - JAKARTA, Proses pengajuan diri Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 terus berjalan. Mei 2010 menjadi penentuan Indonesia dalam perhelatan akbar sepak bola empat tahunan tersebut. Itu menjadi batas waktu pelampiran seluruh persiapan negara-negara peserta yang mengajukan diri sebagai tuan rumah.
Nah, langkah awal PSSI adalah menggandeng Michel Bacchini sebagai konsultan. Pengalaman Bacchini menjadi salah satu alasan pemilihan pria asal Swiss itu. Namun, ada latar belakang yang lebih penting. Yakni, kedekatannya dengan pejabat Exco dan petinggi FIFA (Federasi Sepak Bola Internasional)," ujar Nurdin Halid, ketua umum PSSI, di Jakarta kemarin (1/11).
Pengalaman Bacchini memang seabrek. Salah satunya, dia nyaris memenangkan Maroko dalam bidding Piala Dunia 2010. Bacchini juga menjadi venue director UEFA Champions League.
Kedekatan Bacchini dengan FIFA dinilai dari salah satu jabatannya. Pria yang genap berusia 43 tahun pada 14 November nanti itu pernah menjabat sebagai asisten direktur keuangan FIFA pada 1996. Penandatanganan kontrak Bacchini sebagai konsultan PSSI dilakukan di kantor PSSI, kompleks Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta. Sayang, Nurdin ogah menyebut nilai kontrak tersebut.
Bacchini tampak antusias dengan tugasnya. Dia mengatakan segera mengurus kepindahannya ke Jakarta. "Tugas ini sangat berat. Tapi, saya yakin bakal sukses," ujarnya.
Salah satu hal yang membuatnya harus berpikir keras adalah minimnya sarana sepak bola bertaraf internasional di Indonesia seperti yang disyaratkan FIFA. "Kondisi Jepang dan Korea saat ditunjuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2002 hampir sama dengan Indonesia. Nyatanya, mereka bisa," tutur Bacchini.
Lagi pula, lanjut dia, sarana bukanlah satu-satunya tiket kemudahan menjadi tuan rumah. Keamanan nasional serta dukungan masyarakat Indonesia, Asia Tenggara, dan Asia juga menjadi aspek penting. "Waktunya sangat memungkinkan untuk menyiapkan sarana sampai 2022. Untung, Indonesia mendaftarkan diri sebagai tuan rumah pada tahun itu, bukan 2018," tutur mantan pemain sepak bola tersebut.
Untuk melancarkan ambisi itu, PSSI merancang kebutuhan sampai Rp 240 miliar. Bakrie Groups menjadi sponsor utama. Alokasi terbesar digunakan untuk promosi dan lobi ke pihak-pihak yang bersangkutan. Jumlahnya mencapai 50 persen dari dana yang direncanakan. Disusul international partner seperti konsultan, outsourcing, dan media material yang mencapai 30 persen. Sisanya dipakai untuk mencukupi akomodasi, travelling, dan komunikasi.
Yang masih menjadi persoalan krusial saat ini, Indonesia belum mengantongi restu dari pemerintah. Surat dukungan baru datang dari Menkokesra kabinet lalu. "Kemananan stadion bisa saja menjadi tanggung jawab PSSI. Tapi, keamanan nasional wajib mendapatkan dukungan dari pemerintah," tutur Bacchini.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda