BAN KAPTEN DI ISL 2009-2010

Senin, 23 Nopember 2009
Legiun Asing Mulai Dominasi Pemain Lokal Sering Merasa Terbebani
koncomacan - POSISI sebagai kapten tim bukanlah pekerjaan mudah. Mereka tak hanya menjadi sorotan di tengah lapangan, tapi juga di luar lapangan. Nyatanya, pada Indonesia Super League (ISL) 2009-2010 ini, banyak legiun asing yang sudah medapatkan mandat kapten?
ADA yang berbeda pada Indonesia Super League (ISL) 2009-2010 kali ini. Hampir separo klub peserta kompetisi sepak bola kasta tertinggi tanah air memercayakan ban kapten kepada amunisi asing.
Tercatat klub pendatang baru Persebaya Surabaya, Persitara Jakarta Utara, PSPS Pekanbaru, Persijap Jepara, Persela Lamongan, Arema Malang, Persiba Balikpapan, Sriwijaya FC, dan Persiwa Wamena tak memakai penggawa lokal sebagai kapten. Bahkan, Sriwijaya FC hanya menempatkan Charis Yulianto sebagai kapten cadangan. Rahmat Darmawan justru lebih percaya Keith Kayamba Gumbs sebagai kapten utama. Padahal, Charis merupakan kapten nasional.
Sikap pemain menjadi alasan utama yang menjadi latar belakang pemilihan pemain St Navis tersebut. "Dia pemain yang paling profesional. Yang usianya paling tua, tapi justru paling bisa menjadi yang terdepan menyangkut kondisi fisik," ujar Rahmad.
Tak heran, Rahmad memberikan kepercayaan sampai dua musim berturut-turut. Tak hanya Rahmad yang memuji.
Amunisi Sriwijaya FC lainnya, Ferry Rotinsulu, juga salut dengan konsistensi Kayamba dalam menjaga stamina fisik. "Dia sangat sadar dengan kebutuhan fisik seorang pemain bola. Makanya, kami segan sendiri kalau ogah-ogahan berlatih," imbuh Ferry.
Selain itu, keterampilan Kayamba di lapangan turut membuat Rahmad kian yakin menyematkan ban kapten kepada pemain kelahiran 11 September 1972 itu. "Kayamba bisa ditempatkan di posisi mana pun," imbuh Rahmad.
Benny Dolo, pelatih timnas, tetap memercayakan kapten kepada Charis. "Charis yang sekarang sangat berbeda saat masih di Arema. Lagi pula, dia memiliki kapabilitas untuk berkomunikasi dengan wasit. Soal pelatihnya di Sriwijaya tak lagi memercayakan kepadanya, itu tak masalah," tutur Bendol, sapaan karib Benny Dolo.
Alasan itu pula yang digunakan Persiwa Wamena menjadikan Boakai Edy Foday dari Liberia sebagai kapten mulai musim ini. Padahal, usinya belum cukup senior dalam tim. Dia lahir pada 25 Mei 1985. Jika ditilik dari segi umur, masih ada Timotius Motte yang berusia 33 tahun, Nur Cahyono, 32, atau Joko Kuspito, 32. Musim lalu, kapten tim berjuluk Badai Pegunungan Tengah itu masih dipegang Edison Pieter Rumaropen.
"Kami harus memberikan kepercayaan kepada pemain inti, memiliki karakter positif, dan tak merasa terbebani menjadi kapten," ujar Agus Santoso, asisten manajer Persiwa.
Beberapa nama sempat muncul saat tim dibentuk. Termasuk, kapten musim lalu Pieter dan Imanuel Permenas Padwa.
"Tapi, mereka malah terlihat terbebani saat dipilih menjadi kapten. Permainan malah ngedrop," tutur Agus.
Nah, Foday bisa menerapkan standar yang diberikan pelatih Zainal Abidin. Pemain yang sudah tiga musim bergabung dengan Persiwa itu tetap bisa tampil ciamik meski memakai ban kapten. Respons positif juga ditunjukkan rekan-rekan setim. Tidak ada pemain yang menunjukkan keberatan.
"Kekalahan kami atas Persebaya (15/11) juga tak ada pengaruhnya dari bentuk protes tim kepada Foday. Tapi, memang lini belakang kami yang kurang rapi," tutur Agus.
Sementara itu, Manajer Persiba Balikpapan Jamal Al Rasyid memilih amunisi asing Mijo Dadic dari Kroasia sebagai kapten. Mijo dinilai memiliki disiplin dan loyalitas yang cukup baik. Meski memiliki bahasa Indonesia yang belum sempurna benar, dia bisa menjadi mediator antara pemain dan pengurus.
Perilaku di luar dan di tengah lapangan menjadikan jajaran manajemen memilih langsung.
"Kami sengaja membudayakan agar sesama pemain bisa berkomunikasi dengan baik dalam internal tim. Tak perlu langsung ke manajemen jika hanya keluhan-keluhan kecil," tutur Jamal.