KOMPENSASI BERDASAR RATING SIARAN TELEVISI

koncomacan - JAKARTA, Klub-klub peserta Indonesia Super League (ISL) bisa tersenyum lebar. Itu seiring perubahan nilai kompensasi siaran langsung ISL mulai musim kompetisi 2009-2010 dari PT Liga Indonesia (PT LI).
Musim lalu PT LI memberikan kompensasi secara merata Rp 20 juta untuk pertandingan sore dan Rp 30 juta bagi laga malam. Nah, mulai musim depan kompensasi didasarkan pada rating siaran. Dengan sistem itu, rating penonton berperan penting terhadap jumlah kompensasi yang bakal diterima klub.
Perubahan tersebut imbas dari ketidakpuasan beberapa klub yang musim lalu mendapatkan jatah siaran langsung hingga 17 kali. Semua laga kandang disiarkan langsung AnTV selaku pemegang hak siar ISL. Klub yang bernasib seperti itu musim lalu adalah Persija Jakarta.
Sebagai tim besar, siaran langsung Persija berkisar di angka 3,5. Namun, PT Persija Jaya, pengelola Persija, selalu mendapatkan kompensasi yang sama dengan klub-klub lain yang tak memiliki massa sebesar mereka. Misalnya, PSIS Semarang, Deltras Sidoarjo, dan PSMS Medan. Karena itu, Persija menilai selama ini tidak mendapatkan keuntungan signifikan. Meski, rating mereka cukup tinggi.
Direktur Bisnis PT Persija Jaya Sonny Soemarsono lega dengan perubahan nilai kompensasi siaran langsung tersebut. Meski, kenaikannya tidak signifikan. "Saya prediksi, kenaikannya tidak sampai lima persen dari nilai kompensasi musim kemarin," ucap dia.
Malah, Manajer Persebaya Surabaya Saleh Ismail Mukadar belum mengetahui adanya perubahan nilai kompensasi itu. "Saya akan minta penjelasan lagi kepada PT LI. Kalau kompensasi hanya Rp 20 atau 30 juta, kami akan rugi besar sampai Rp 200 juta per pertandingan. Selama ini, setiap kali ada siaran langsung, penonton yang datang ke lapangan selalu berkurang," ujar Saleh.
Padahal, dalam temu manajer di Makassar Selasa lalu (6/10), Persebaya mendapatkan 16 kali siaran langsung, delapan di kandang dan sisanya di laga tandang.
"Pertama mungkin ramai karena mereka ingin tahu kekuatan Persebaya. Tapi, pada pertandingan selanjutnya dan lawan bukan tim besar, siapa yang berani menanggung kerugian? Bisa-bisa saya tak bisa menutup biaya pertandingan nanti," keluh Saleh.
Manajer Persijap Jepara Edy Sujatmiko berpendapat lebih ekstrem. Dia mengatakan, kalau boleh memilih, lebih baik Persijap tidak mendapatkan siaran langsung. Maklum, siaran langsung sangat berpengaruh pada kehadiran penonton di stadion. Imbasnya, panpel sering nombok di akhir pertandingan.
"Secara ekonomi, masyarakat Jepara menganggap tiket pertandingan sebagai barang mahal," kata Edy.
Pendapat berbeda muncul dari tim promosi PSPS Pekanbaru. Tim yang bermarkas di Stadion Kaharuddin Nasution, Pekanbaru, itu tak memedulikan berapa pun bayaran siaran langsung. Siaran televisi menjadi sarana efektif promosi daerah.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda