KOMPETISI MASIH KURANG FAMILIER

Senin, 07 September 2009
koncomacan - PT Liga Indonesia (PT LI) mencoba memberi warna lain dalam kompetisi Indonesia Super League (ISL) 2009-2010. Klub-klub peserta masih diperbolehkan menggunakan tiga pemain asing. Tapi, tiga di antaranya non-Asia dan dua sisanya berasal dari Asia (3+2).
Namun, rupanya kebijakan itu belum direspons baik oleh klub-klub kontestan liga berkasta tertinggi di tanah air tersebut. Pemain asing non-Asia masih menjadi favorit. Pemain Asia belum banyak dilirik oleh klub-klub kontestan ISL. Meski, pendaftaran pemain baru ditutup pada 30 September nanti.
Eko Subekti, salah seorang agen pemain resmi dari FIFA (Federasi Sepak Bola Internasional), mengakui bahwa pihaknya belum bisa mendatangkan satu pun pemain Asia ke Indonesia. "Thailand merupakan negara paling dekat. Tapi, mereka masih memiliki jadwal kompetisi sampai November nanti," ujar dia.
Pemilik agen pemain Indo Bola Mandiri itu memang condong merekrut pemain asal Thailand. Dia menilai, kualitas permainan pemain asal Negeri Gajah Putih tersebut lebih baik daripada pemain Indonesia. Nyatanya, akhir-akhir ini Thailand lebih unggul daripada skuad Merah Putih pada pertandingan di bawah naungan FIFA, AFC (Federasi Sepak Bola Asia), dan AFF (Federasi Sepak Bola Asia Tenggara). Thailand juga lebih unggul daripada Indonesia di ajang multieven seperti SEA Games.
Jules Denis Onana, pemilik agen pemain Mutiara Hitam Sport and Management, merasakan kesulitan serupa. Jadwal kompetisi yang nyaris bersamaan menjadi persoalan utama. "Malaysia dan Singapura masih memiliki jadwal kompetisi sampai November nanti. Hongkong malah baru mulai September ini," jelas Onana.
Regulasi PT LI hanya mengizinkan pemain inti tim nasional negara masing-masing. "Kalau harus pemain inti, mereka akan meminta biaya lain lagi. Itu akan semakin mempertinggi nilai kontrak," ujar pria yang mengawali karir di Indonesia sebagai pemain tersebut.
Eddy Syahputra, agen pemain resmi FIFA dari Ligina Sportindo, memberikan kisaran tak lebih dari Rp 600 juta. Namun, ganjalan tetap ada. "Negara-negara Asia Tengah dan Timur Tengah masih belum familier dengan kompetisi di Indonesia. Kami harus mengadakan pendekatan lebih dahulu dan meyakinkan mereka bahwa kompetisi di Indonesia sudah oke," ujar Onana.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda