PEMAIN ASIA KEBUTUHAN YANG KURANG PEMINAT
Senin, 07 September 2009
Zaman Cinta Produk Lokal
koncomacan - Regulasi PT Liga Indonesia (PT LI) yang menetapkan aturan 3+2 bagi pemain asing non-Asia dan Asia belum direspons dengan baik. Tak banyak kontestan Indonesia Super League (ISL) 2009-2010 yang memanfaatkan aturan tersebut. Mayoritas klub hanya mengoptimalkan tiga pemain non-Asia.
KLUB-klub masih kurang yakin dengan kualitas yang dimiliki para pemain asing Asia. Selama ini hanya sedikit pemain Asia yang merumput di Indonesia.
Di antaranya, Kosin Hathairattanakool dari Thailand yang membela Persib Bandung musim 2006 dan Zeng Cheng yang pernah tercatat sebagai pemain tim nasional junior Tiongkok. Dia pernah merumput di Persebaya Surabaya musim 2005.
Musim lalu pun, hanya ada dua pemain Asia yang berkiprah di ISL. Yakni, pemain asal Thailand Phaitoon Thiabma yang berkostum Persijap Jepara dan Robby Gaspar dari Australia yang bermain untuk Persiba Balikpapan.
Lagi pula, nominal yang ditawarkan cukup tinggi. Datsakorn Thonglao, kapten timnas Thailand yang saat ini merumput di Liga Vietnam, dibanderol Rp 850 juta hingga Rp 1 miliar. Memang, itu menjadi harga tertinggi di antara pemain Thailand yang bisa diajak bergabung dengan nilai Rp 600 juta hingga Rp 850 juta.
Begitu pula pemain Vietnam. Mereka mulai berani memasang harga tinggi setelah menjuarai Piala AFF 2008. Tak terkecuali untuk urusan gaji. Duong Hong Son, kiper utama timnas Vietnam, misalnya. Di klubnya saat ini, T&T Hanoi, dia digaji 30 juta Dong atau Rp 20 juta per bulan. Itu belum termasuk nilai kontrak per tahun yang ditaksir mencapai 2 miliar Dong atau Rp 1,2 miliar.
Angka lebih besar dipasang bomber Le Cong Vinh. Harga pemain kelahiran Nghe An itu mencapai 2,6 miliar Dong per tahun. Bersama klubnya T&T Hanoi, musim ini dia dikontrak tiga tahun dengan gaji tak kurang dari Rp 40 juta/bulan. Nilai itu jauh lebih tinggi daripada pemain termahal Indonesia musim lalu Bambang Pamungkas Rp 1,37 miliar.
Jika beralih ke Singapura, klub bisa mendapat pemain yang lebih murah. Harga mereka berada di kisaran Rp 600 juta hingga Rp 900 juta. Tapi, kualitas pemain asal Singapura belum meyakinkan. Lagi pula, jadwal kompetisi internal mereka hampir bersamaan atau baru kelar akhir tahun ini. Kompetisi di Hongkong malah baru mulai September ini, bersamaan dengan ISL.
Di sisi lain, tak adanya inisiatif untuk menggunakan pemain Asia menjadi solusi untuk mengoptimalkan pemain lokal. "Kalau jeli melihat, sebenarnya regulasi tersebut memiliki potensi untuk memajukan kualitas sepak bola nasional. Terutama para pemain lokal," kata Joko Driyono, CEO PT LI.
Selama ini posisi striker, stoper, dan pengatur serangan memang lebih sering diisi pemain asing. Nah, dengan kebijakan itu, PT LI berharap, potensi pemain lokal kian terasah.
Manajer Persijap Jepara Eddy Sudjatmiko pun memilih mengoptimalkan pemain lokal. Apalagi, Phaitoon sudah dipastikan tak lagi membela Persijap musim mendatang. Kebetulan, kompetisi Thailand baru selesai November nanti. "Sekarang kan zamannya cinta produk lokal. Ya sudah, kita optimalkan saja para pemain lokal," ujarnya.
Pernyataan senada diungkapkan Iwan Budianto, direktur teknik Persisam Samarinda. Dia belum memastikan akan menggunakan fasilitas pemain Asia itu. Menurut sepengetahuannya, kompetisi internal negara-negara Asia Tenggara baru kelar setelah ISL dimulai.
Zaman Cinta Produk Lokal
koncomacan - Regulasi PT Liga Indonesia (PT LI) yang menetapkan aturan 3+2 bagi pemain asing non-Asia dan Asia belum direspons dengan baik. Tak banyak kontestan Indonesia Super League (ISL) 2009-2010 yang memanfaatkan aturan tersebut. Mayoritas klub hanya mengoptimalkan tiga pemain non-Asia.
KLUB-klub masih kurang yakin dengan kualitas yang dimiliki para pemain asing Asia. Selama ini hanya sedikit pemain Asia yang merumput di Indonesia.
Di antaranya, Kosin Hathairattanakool dari Thailand yang membela Persib Bandung musim 2006 dan Zeng Cheng yang pernah tercatat sebagai pemain tim nasional junior Tiongkok. Dia pernah merumput di Persebaya Surabaya musim 2005.
Musim lalu pun, hanya ada dua pemain Asia yang berkiprah di ISL. Yakni, pemain asal Thailand Phaitoon Thiabma yang berkostum Persijap Jepara dan Robby Gaspar dari Australia yang bermain untuk Persiba Balikpapan.
Lagi pula, nominal yang ditawarkan cukup tinggi. Datsakorn Thonglao, kapten timnas Thailand yang saat ini merumput di Liga Vietnam, dibanderol Rp 850 juta hingga Rp 1 miliar. Memang, itu menjadi harga tertinggi di antara pemain Thailand yang bisa diajak bergabung dengan nilai Rp 600 juta hingga Rp 850 juta.
Begitu pula pemain Vietnam. Mereka mulai berani memasang harga tinggi setelah menjuarai Piala AFF 2008. Tak terkecuali untuk urusan gaji. Duong Hong Son, kiper utama timnas Vietnam, misalnya. Di klubnya saat ini, T&T Hanoi, dia digaji 30 juta Dong atau Rp 20 juta per bulan. Itu belum termasuk nilai kontrak per tahun yang ditaksir mencapai 2 miliar Dong atau Rp 1,2 miliar.
Angka lebih besar dipasang bomber Le Cong Vinh. Harga pemain kelahiran Nghe An itu mencapai 2,6 miliar Dong per tahun. Bersama klubnya T&T Hanoi, musim ini dia dikontrak tiga tahun dengan gaji tak kurang dari Rp 40 juta/bulan. Nilai itu jauh lebih tinggi daripada pemain termahal Indonesia musim lalu Bambang Pamungkas Rp 1,37 miliar.
Jika beralih ke Singapura, klub bisa mendapat pemain yang lebih murah. Harga mereka berada di kisaran Rp 600 juta hingga Rp 900 juta. Tapi, kualitas pemain asal Singapura belum meyakinkan. Lagi pula, jadwal kompetisi internal mereka hampir bersamaan atau baru kelar akhir tahun ini. Kompetisi di Hongkong malah baru mulai September ini, bersamaan dengan ISL.
Di sisi lain, tak adanya inisiatif untuk menggunakan pemain Asia menjadi solusi untuk mengoptimalkan pemain lokal. "Kalau jeli melihat, sebenarnya regulasi tersebut memiliki potensi untuk memajukan kualitas sepak bola nasional. Terutama para pemain lokal," kata Joko Driyono, CEO PT LI.
Selama ini posisi striker, stoper, dan pengatur serangan memang lebih sering diisi pemain asing. Nah, dengan kebijakan itu, PT LI berharap, potensi pemain lokal kian terasah.
Manajer Persijap Jepara Eddy Sudjatmiko pun memilih mengoptimalkan pemain lokal. Apalagi, Phaitoon sudah dipastikan tak lagi membela Persijap musim mendatang. Kebetulan, kompetisi Thailand baru selesai November nanti. "Sekarang kan zamannya cinta produk lokal. Ya sudah, kita optimalkan saja para pemain lokal," ujarnya.
Pernyataan senada diungkapkan Iwan Budianto, direktur teknik Persisam Samarinda. Dia belum memastikan akan menggunakan fasilitas pemain Asia itu. Menurut sepengetahuannya, kompetisi internal negara-negara Asia Tenggara baru kelar setelah ISL dimulai.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda