BUAH BERHARAP PUNYA NILAI PROMOSI PRODUK

Pengelola baru Arema pada musim kompetisi 2009/2010 ini melalui proses yang sangat panjang. Ini bermula ketika 85 persen saham PT Bentoel -selaku pemilik dan pengelola PS Arema- diakuisisi BAT (British American Tobacco) pada saat Juni lalu.
Sejak itulah, PT Bentoel menyatakan akan melepas kepemilikan dan pengelolaan PS Arema ke pengelola baru. PT Bentoel berdalih sejak memegang Arema selama enam tahun kurang bisa memberikan prestasi. Tim ini hanya memberikan juara divisi utama pada 2005 dan dua kali juara copa, yakni 2005 dan 2006.
Selain itu, dari sisi bisnis, Bentoel menilai keberadan Arema dinilai kurang maksimal dalam sisi promosi produk. Ini karena adanya regulasi BLI (Badan Liga Indonesia) yang menggunakan rokok Djarum sebagai sponsor utama.
Kondisi itu membuat Bentoel merasa rugi, karena setiap tahunnya dana yang dikeluarkan sekitar Rp 20 miliar. Sedangkan pemasukannya hanya sekitar Rp 3 miliar. Pemasukan itu hanya mendukung 15 persen dari total pembiayaan tim berlogo kepala singa selama satu musim kompetisi.
Berdasarkan kondisi itu, Bentoel akhirnya mencari investor yang siap mengelola Arema. Bahkan, upaya itu sudah dilakukan pengurus yayasan sejak satu tahun yang lalu. Namun, upaya itu ternyata belum membuahkan hasil. "PT Bentoel ingin konsentrasi mengembangkan usaha rokok," ucap mantan Sekretaris Yayasan Arema Satrija Budi Wibawa, kemarin.
Seiring dengan berjalannya waktu, ternyata hanya ada satu investor yang siap mengelola Arema, yakni Pemkot Malang. Hal itu memunculkan adanya rencana merger dengan Persema Malang. Sebab, pemkot sudah menjadi pengelola Persema Malang.
Rencana merger itu kemudian mendapat reaksi yang keras dari Aremania dan pendiri Arema. Salah satunya Lukcy Acub Zaenal. Bahkan, aremania sempat menggelar demo di kantor Arema Jalan Panderman 2 A, Kota Malang.
Mereka menuntut agar Arema tidak merger dengan Persema. Sebab, dengan merger, nama Arema dikhawatirkan hilang. "Arema dan Persema punya sejarah yang berbeda. Tentunya sangat disayangkan bila merger. Karena harus menghilangkan satu tim. Apalagi keduanya tampil di ISL," tutur Lucky.
Penolakan ini kemudian memunculkan reaksi simpatik dari beberapa pengusaha dan orang-orang yang sukses di Malang. Seperti Eddy Rumpoko, Iwan Budianto, dan Andi Darussalam Tabusala. Bahkan, Eddy Rumpoko sudah menyatakan kesediaannya untuk menjadi pengelola baru Arema dengan menyediakan fasilitas berupa mess, lapangan tempat latihan hingga pemberian makanan dan minuman bagi pemain dan pelatih Arema.
Mendapat tawaran dari semua pihak, pengurus yayasan Arema sempat bimbang. Bahkan, komunikasi pengurus Yayasan Arema dengan calon pengelola baru sempat mandek. Penyebabnya adanya sikap saling menunggu.
Adanya kebuntuan komunikasi tersebut membuat Iwan Budianto mencoba menjadi negosiator untuk mencarikan pengelola baru Arema. Ini diungkapkan Iwan Budianto ketika bertemu dengan Aremania di kantor Kelurahan Jodipan, minggu lalu. Selanjutnya Iwan menyampaikan kesediaannya mencarikan investor kepada Yayasan Arema.
Namun dari sekian tawaran, pengurus Arema di bawah naungan PT Bentoel akhirnya memutuskan memilih pengelola baru Arema dari kumpulan dari orang-orang yang peduli dengan Arema. Mereka terdiri M.Nur, Mujiono Mujito, Rendra Kresna, Eddy Rumpoko. Bahkan, tiga di antaranya kini duduk di pengurus Yayasan Arema yang baru.
M. Nur sebagai ketua yayasan, Mujiono sebagai sekretaris, dan Rendra sebagai bendahara yayasan. Sedangkan Eddy Rumpoko diminta duduk sebagai dewan komisaris PT Arema Indonesia. PT Bentoel sendiri memilih pengelola baru Arema tersebut karena adanya garansi Arema tetap tinggal di Malang. "Ini pilihan terbaik dari sekian tawaran yang ada," terang Satrija. (red/agus ef)
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda