WANGGAI BERSAUDARA DI PERSIDAFON
koncomacan - Tidak banyak pemain bersaudara yang membela klub sama di musim yang sama. Tapi, Persidafon Dafonsoro memilikinya. Mereka adalah dua bersaudara Isaac Wanggai dan Patrick Wanggai.
RAMAH dan bersahabat. Itulah kesan pertama yang ditunjukkan Isaac Wanggai dan Patrick Wanggai ketika ditemui Jawa Pos di salah satu hotel di kawasan Bandara Juanda kemarin siang (3/8). Dua bersaudara itu dengan senang hati melayani untuk wawancara, meski mereka masih letih karena baru tiba dari latihan keras bersama tim di Stadion Jenggolo, Sidoarjo.
''Maaf mas, beginilah kondisi kamar kami. Berantakan,'' kata Patrick membuka percakapan. Di atas meja, di samping pesawat televisi, terlihat PlayStation (PS) 2 warna hitam yang tampak baru. Sementara, sebuah gitar tua disandarkan di atas kursi dekat kaca kamar.
''Ini kegiatan inti kami jika tidak sedang di lapangan mas,'' kata Issac sambil menujuk PS 2. ''Kadang-kadang, kami juga bernyanyi bersama ditemani gitar ini. Biar fresh,'' sambungnya.
Ya, dua pemain bersaudara yang baru sekitar sebulan bergabung dengan Persidafon itu memang tidak hanya kompak di dalam lapangan, tapi juga di luar lapangan. Di hotel pun mereka memilih berdua di kamar yang sama.
Sebelum dikontrak Persidafon, keduanya juga bermain di klub yang sama. Yaitu, Perseman Manokwari. Bedanya, Isaac, sang kakak, bergabung dengan Perseman sejak 2003. Sementara, Patrick yang enam tahun lebih muda musim lalu memperkuat Perseman setengah musim.
Putra pertama dan ketiga di antara tiga bersaudara pasangan Wanggai Benyamin dan Ita Marini tersebut mengungkapkan, mereka memutuskan hengkang dari Perseman karena ingin mencari suasana dan tantangan baru. ''Mumpung masih muda. Kami pasti ingin lebih baik lagi dalam karir sepak bola,'' ungkap Patrick.
Isaac mengungkapkan, kekompakan mereka berdua sudah terjalin saat baru mengenal sepak bola di SSB Aditama, Nabire. ''Saya masih ingat, waktu itu Patrick saya marahi karena anak kecil kok ikut -ikutan main bola. Tapi, setelah melihat tekadnya yang tinggi, akhirnya saya izinkan dia ikut. Ternyata, bakatnya memang besar,'' ungkap pemain kelahiran Manokwari, 19 Mei 1982, yang menyandang gelar sarjana kehutanan dari Universitas Negeri Papua (lulus pada 2007) itu.
Pemain yang bisa bermain di posisi stoper dan gelandang bertahan itu menambahkan, sebagai kakak sampai saat ini dirinya kerap memberikan masukan kepada Patrick jika cara mainnya tidak benar. ''Itu salah satu sisi positif main bareng saudara,'' timpal Patrick yang terlahir pada 27 Juni 1988 itu. Dia menyatakan masih ingin berada dalam satu klub dengan kakaknya untuk dua tahun lagi.
Semua tentu masih ingat, Patrick adalah striker yang tampil luar biasa di PON Samarinda tahun lalu bersama tim Papua Barat. Di ajang itu, pemain yang mengidolakan Thierry Henry tersebut menjadi top scorer dengan mencetak enam gol.
Isaac maupun Patrick optimistis, dengan skuad yang ada saat ini dan di bawah polesan pelatih bertangan dingin Freddy Muli, Persidafon bakal menjadi juara Divisi Utama musim 2009/2010 dan naik kelas ke Super League pada musim berikutnya. ''Apalagi, saya dengar, tim akan menambah dua pemain asing. Kekuatan kami pasti makin solid. Kami juga sangat respek kepada Pak Freddy (Muli) yang punya program latihan sangat bagus,'' papar Isaac.
Khusus bagi Isaac, selain ingin meraih gelar juara dengan Persidafon musim depan, penyuka AC Milan itu ingin merealisasikan sesuatu yang istimewa tahun depan. Yaitu, menikahi tunangannya, Amma, yang tak lain adalah adik kelasnya di Universitas Negeri Papua. ''Sekarang kuliahnya tinggal menyelesaikan tugas akhir. Doakan saja, tahun depan kami bisa menikah,'' tukasnya.
Ada satu target lain yang sangat ingin diwujudkan kakak beradik yang selalu akur tersebut. Apa itu? Yaitu, memperkuat timnas. ''Siapa yang tidak ingin masuk timnas. Kami pasti sangat bangga jika dipercaya membela negara. Kami akan bekerja ekstra keras untuk mewujudkannya,'' tegas Patrick. (red/agus ef)
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda