SUDAH WAKTUNYA RASIONALISASI GAJI
koncomacan - JAKARTA, Badan Liga Sepak Bola Indonesia (BLI) menyosialisasikan rancangan manual liga sebagai referensi kontestan Indonesia Super League (ISL) musim depan. Rencananya, pekan kedua Agustus nanti manual liga itu bisa disahkan PSSI.
Salah satu poin penting yang tercantum dalam manual itu adalah adanya pembatasan belanja pemain. Harapannya, klub bisa bertindak rasional, tidak jorjoran dalam belanja pemain.
Pembatasan subsidi belanja pemain menjadi poin penting untuk mengurangi pengeluaraan klub. Melihat pengalaman musim lalu, belanja pemain menjadi pengeluaran terbesar klub.
Persija Jakarta, misalnya. Klub ibu kota itu mengeluarkan dana belanja pemain mencapai Rp 16,8 miliar. Total biaya yang diperlukan Persija mencapai Rp 21 miliar. Artinya, biaya operasional mencapai Rp 4 miliar.
Sayang, pengeluaran sebanyak itu tak menuai hasil maksimal. Alih-alih menjadi juara, klub berjuluk Macan Kemayoran itu tak mampu masuk empat besar. Persija harus puas bertengger di peringkat ketujuh.
Direktur Kompetisi BLI Joko Driyono berharap klub tak hanya bersandar kepada APBD. Ada banyak cara untuk mensiasati kendala keuangan. Misalnya dengan mengoptimalkan sumber-sumber dana lain seperti dari merchandise dan penjualan tiket pertandingan.
Manajemen klub seharusnya bisa menyimak adanya fenomena merger yang terjadi setelah satu musim kompetisi usai. ''Itu menjadi sinyal bahwa sebuah klub memang sudah seharusnya rasional,'' kata Joko. (red/agus ef)
Salah satu poin penting yang tercantum dalam manual itu adalah adanya pembatasan belanja pemain. Harapannya, klub bisa bertindak rasional, tidak jorjoran dalam belanja pemain.
Pembatasan subsidi belanja pemain menjadi poin penting untuk mengurangi pengeluaraan klub. Melihat pengalaman musim lalu, belanja pemain menjadi pengeluaran terbesar klub.
Persija Jakarta, misalnya. Klub ibu kota itu mengeluarkan dana belanja pemain mencapai Rp 16,8 miliar. Total biaya yang diperlukan Persija mencapai Rp 21 miliar. Artinya, biaya operasional mencapai Rp 4 miliar.
Sayang, pengeluaran sebanyak itu tak menuai hasil maksimal. Alih-alih menjadi juara, klub berjuluk Macan Kemayoran itu tak mampu masuk empat besar. Persija harus puas bertengger di peringkat ketujuh.
Direktur Kompetisi BLI Joko Driyono berharap klub tak hanya bersandar kepada APBD. Ada banyak cara untuk mensiasati kendala keuangan. Misalnya dengan mengoptimalkan sumber-sumber dana lain seperti dari merchandise dan penjualan tiket pertandingan.
Manajemen klub seharusnya bisa menyimak adanya fenomena merger yang terjadi setelah satu musim kompetisi usai. ''Itu menjadi sinyal bahwa sebuah klub memang sudah seharusnya rasional,'' kata Joko. (red/agus ef)
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda