PEMOGOKAN DI FINAL COPA BELUM TERSENTUH

koncomacan - JAKARTA, Sidang Komisi Disiplin (Komdis) PSSI kemarin tak menghasilkan keputusan signifikan. Kasus mogoknya pemain Persipura Jayapura pada final Copa Indoenesia di Stadion Jakabaring, Palembang, 28 Juni lalu, pun belum terselesaikan.
Padahal sidang kemarin merupakan penundaan dari agenda sebelumnya pada 1 Juli lalu. Karena ada pemilihan presiden (pilpres), komdis juga batal menggelar sidang sesuai jadwal rutin pada Rabu (8/7) lalu.
Pada sidang kemarin, komdis hanya mendengarkan keterangan dari kubu Persipura. Meski pihak yang diundang tidak hadir seluruhnya. Ernest Jeremiah dan Alberto Goncalves tak datang karena sudah pulang ke Nigeria dan Brazil. Boaz Solossa juga tak hadir karena harus mengikuti latihan timnas PSSI.
Nah, ketidakdatangan Boaz itulah yang menjadi alasan belum adanya keputusan. ''Calon terhukum Boaz tidak hadir jadi kami tak bsia mendengarkan keterangan dari dia. Begitu pula panpel yang bertindak sebagai penyelenggara juga mesti dimintai keterangan,'' jelas Benhard Limbong, wakil ketua komdis. Dia tak memberikan kepastian kapan sidang selanjutnya dihelat.
Dari kubu Persipura yang hadir pada sidang kemarin adalah M.R Kambu (ketua umum), Jacksen F. Tiago (pelatih), Rudy Maswi (manajer), Metu Duaramuri (asisten pelatih), dan beberapa pemain. Yakni Eduard Ivakdalam dan Jack Komboy.
Kambu mengaku hanya dimintai keterangan tanpa mendapatkan keputusan. Dengan kondisi itu, dia berharap komdis tak memberikan hukuman terlalu berat. Jika sanksinya berat, bukan tidak mungkin masyarakat Papua akan membawa persoalan itu ke lembaga lain.
''Kami pengurus dan pemain akan tetap loyal kepada pemerintah, tapi bisa saja masyarakat membawa persoalan kepada lembaga lain,'' ujar Kambu.
Menurutnya, kesalahan tak semata-mata ada di tangan Persipura. Tak satupun ofisial Persipura terlibat dalam kasus pemogokan itu. Termasuk pelatih Jacksen. Kambu menuding perangkat pertandingan, wasit, dan komdis-lah yang berperan dalam penghentian pertandingan. ' ''Kenapa mereka tidak mengajak kami untuk melanjutkan pertandingan. Lagipula waktu itu lapangan sudah penuh dengan penonton,'' katanya.
Hal senada diungkapkan Eduard Ivakdalam. Menurutnya, wasit cadangan pun tak memberikan keterangan kepada tim jika waktu negosiasi selama 2x15 menit sudah habis. Selain itu tak ada wasit yang memberikan kesempatan adanya negosiasi antarkapten tim.
Di sisi lain, Manajer Persipura Rudy Maswi mengatakan jangan sampai Persipura dihukum secara organisasi sehingga tak bisa turun pada semua jenis kompetisi. Pihaknya masih berharap Persipura eksis di Liga Indonesia dan Liga Champions Asia.
Terkait kerusuhan yang terjadi pada laga Gresik United (GU) melawan Persebaya Surabaya pada 6 Mei lalu, Komdis akhirnya menjatuhkan sanksi kepada pendukung Persebaya. Yakni berupa larangan mengikuti pertandingan away. Hanya, belum ada kepastian kapan sanksi itu berlaku.
''Kami akan memutuskan pada lanjutan sidang mendatang. Untuk sekarang kami baru memutuskan bonek (sebutan pendukung Persebaya, Red) dilarang mengikuti pertandingan away,'' jelas Limbong (red/agus ef)
Warga meminta Persipura bermain di liga luar negeri
koncomacan - Puluhan warga Papua menggelar aksi demo di Taman Imbi, Jalan Irian Jayapura, Jumat 10 Juli 2009 sekitar pukul 12.30 WIT. Mereka minta Komisi Disiplin PSSI memutuskan hukuman yang adil untuk Persipura.
“Komdis harus teliti dalam memandang persoalan ini, jangan langsung main hukum tanpa pernah mempertimbangkan apa penyebab Persipura memboikot pertandingan," kata Herik Seberi, koordinator massa yang juga anggota Majelis Rakyat Papua (MRP).
Komdis akan bersidang di Senayan Jakarta, Jumat sore ini, untuk membahas insiden mogok Persipura di final Copa Indonesia. Insiden itu terjadi saat Tim Mutiara Hitam melawan Sriwijaya FC di Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring, Palembang, Minggu 28 Juni 2009.
Laga yang dipimpin Wasit Purwanto itu terhenti di menit 60 dengan kedudukan 1-0 untuk Sriwijaya FC. Para pemain Persipura memutuskan untuk meninggalkan lapangan akibat keputusan kontroversial wasit dengan mengartumerahkan penyerang Ernest Jeremiah yang protes karena bek Sriwijaya Tsimi Jacques handball di kotak penalti.
Jika Komdis tetap menghukum Persipura, warga Papua memberikan ancaman. Mereka akan mengarahkan Persipura mengikuti liga di luar negeri.
Massa datang menggunakan sejumlah truk. Mereka memasang panggung di tempat aksi demo sambil membawa sejumlah spanduk. Lalu, mereka berorasi.
Spanduk yang dibawa massa bertuliskan antara lain “Persipura salah satu asset NKRI, jangan dipolitisir dengan tekanan yang mendiskreditan posisi Persipura di kancah sepak bola nasional. Nurdin harus bertanggung jawab kepada Federasi Sepakbola Asia atas keputusan yang mencemarkan Persipura. Katanya kami bagian dari NKRI, kenapa selalu terjadi ketidakadilan. Sepak bola pemersatu bukan ajang pemecah belah. Purwanto (wasit) mata uang, PSSI stop ajarkan kami aturan yang salah."
Menurut koordinator massa Herik Seberi, Komdis jangan sepihak dalam memutuskan hukumannya kepada Persipura. Namun, mereka harus jeli dan melihat akar permasalahan mengapa Persipura memilih tidak melanjutkan pertandingan final. Selain karena tempat pertandingan yang tidak netral, juga keputusan wasit dianggap banyak merugikan Persipura.
Menurutnya, jika Komdis tetap menghukum Persipura, warga Papua akan menganjurkan tim kesayangannya itu lebih baik mengikuti liga di luar negeri. “Banyak kok negara lain yang mau menampung Persipura untuk ikut liganya," tegas Herik.
Sementara itu, bocoran yang diperoleh warga Papua, Komdis sudah menyiapkan hukuman kepada Persipura yakni gelar Juara ISL yang digenggam Persipura terancam dicabut, tidak ikut Liga Champions Asia, dan juga akan turun ke Divisi Utama, musim depan.
Kebenaran keputusan ini akan diterangkan Komdis PSSI hari ini.(red/agus ef)
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda