HATI-HATI BERI SANKSI

koncomacan - Sikap sangat hati-hati kembali diperlihatkan Komisi Disiplin dalam mengeluarkan keputusan soal kasus mogok yang dilakukan Persipura pada final CDSSI, Juni lalu. Sidang Komdis yang digelar Jumat (10/7) selama lima jam akhirnya tak mengambil keputusan apa pun.
Sikap hati-hati seperti itu pernah terlihat kala memberikan hukuman atas kasus keributan Arema vs Persiwa pada musim lalu atau dalam kasus pemukulan Cristian Gonzales terhadap Erwin Hasibuan. Konon, dalam memberikan keputusan untuk kasus itu perlu mendapat persetujuan langsung dari Ketua Umum PSSI, Nurdin Halid. Kini kasus Persipura diyakini hampir sama.
Memang, di samping kasus Persipura yang menyedot perhatian utama, Hinca Panjaitan cs. juga menyidangkan beberapa kasus lain semisal keributan suporter partai Gresik United vs Persebaya atau beberapa kasus ingkar kontrak klub atas pemain.
Bahkan Komdis yang biasanya menggelar sesi tanya jawab dalam pertemuan pers dengan wartawan malam itu memilih untuk mengutus anggota Komite Media PSSI, Slamet “Tb Adi” Priyanto, untuk menjelaskan masalah ini kepada pers.
“Malam ini belum ada keputusan karena masih mempertimbangkan beberapa alasan yang sifatnya teknis. Keputusan akan diambil nanti dalam waktu dekat,” ujar mantan wartawan yang juga biasa disapa Kang Tub tersebut.
Asumsi liar pun berkembang di balik sikap hati-hati Komdis tersebut. Dalam sidang atau pemeriksaan yang dilakukan Komdis lalu, sejumlah pendukung atau penggembira Persipura, hadir di kantor PSSI. Dari sekitar 30 orang pendukung fanatik Persipura itu, terdapat beberapa orang yang mengeluarkan orasi yang bernada antiintegrasi. Ancaman keluar dari NKRI ataupun alternatif ikut kompetisi di Oseania pun terlontar dari mereka.
Di lain pihak punggawa Persipura terlihat tegar dalam menyikapi kasus ini. Tak sedikit pun terlihat rona penyesalan atas sikap mereka pada final lalu. “Itu sudah terjadi, jadi tak perlu lagi disesali,” ucap Rudi Maswi, manajer Persipura.
Ingin Main
Soal hukuman atau ancaman hukuman, mereka tak mau menanggapi. Bahkan, menurut Jack Komboy, situasi yang mereka hadapi saat final lalu sangat pelik. Pada saat mereka masuk ruang ganti sebenarnya yang ada hanyalah keinginan untuk menenangkan diri. Sebagian lain menyebutnya sebagai shock therapy.
“Di dalam itu sudah banyak orang juga. Lalu setelah sekian lama, kami sebenarnya ingin main. Anehnya tak ada utusan dari pihak panpel yang memberitahukan soal ancaman WO itu. Ada wasit keempat datang, tapi dia hanya melongok saja di pintu lalu pergi lagi,” kata Jack.
Apa pun alasan yang diajukan Jack atau Persipura guna meringankan kemungkinan hukuman yang diterima, disikapi lain oleh pihak Komdis. “Silakan saja mereka mengajukan argumentasi. Komdis sebenarnya ingin membangun pemahaman baru kepada Persipura dalam kasus ini dengan cara atau gaya kami sendiri,” kata Joko Driyono, Direktur Kompetisi BLI yang juga anggota Komdis PSSI.
Gaya tersebut mungkin termasuk sikap sangat hati-hati yang mereka lakukan selama ini. Informasi yang didapat BOLA, ada kesan Komdis memberi angin kepada Persipura, tapi juga kembali memojokkan dalam kesempatan lain di sidang Jumat lalu.
Komdis sepertinya mempunyai pendapat Persipura klub yang unik. Selain keras, mereka juga dikenal tak mau disalahkan atau dikalahkan. (red/agus ef)
Sidang Komdis
Selamatkan Timnas
Kesan tebang pilih saat memeriksa atau memberikan hukuman kepada pemain atau ofisial Persipura mulai terlihat dalam sidang Komisi Disiplin yang digelar pada Jumat lalu di kantor PSSI Senayan. Dari sekian banyak pemain Mutiara Hitam yang ngotot ingin mogok, hanyalah Jack Komboy dan Eduard Ivakdalam serta dua pemain asing, Ernest Jeremiah dan Alberto Goncalves, saja yang mendapat panggilan pemeriksaan.
Kebetulan Ernest, yang dianggap sebagai pemicu masalah dengan menanduk wasit Purwanto, menurut manajemen Persipura kini telah pulang ke negaranya sehingga tak bisa dihadirkan dalam sidang sore itu. Beto pun sama. Striker asal Brasil yang mengacungkan dompet serta memprovokasi pemain yang lain saat kejadian kini juga telah pulang ke negaranya.
“Saya tidak tahu kenapa pemain yang lain tidak dipanggil juga, padahal semua tahu kami sama saat itu,” kata Eduard Ivakdalam, kapten Persipura.
Salah satu pemain yang disebutkan Edu tentulah Boaz Solossa dan juga Ricardo Salampessy. “Komdis tak berani panggil Boaz dan menghukum dia. Soalnya kalau dihukum tentu Boaz nanti tak bisa memperkuat timnas. Ini sudah kami duga dari awal,” sebut Edu.
Persoalan pun diyakini bakal terus melebar jika Komdis tak bisa memberikan keputusan dengan adil menyangkut masalah ini. Pasalnya, selain Persipura, ada pula sosok Purwanto, yang juga patut mempertanggungjawabkan keputusannya pada final CDSSI lalu. Belum lagi soal panpel yang dinilai tak bisa melindungi pemain dan ofisial Persipura secara layak saat final tersebut.
Salah satunya tentu banyaknya lemparan benda keras yang membuat pendukung Persipura berhamburan ke lapangan. “Di ruang ganti pun kami sudah menemui banyak orang yang tak kami kenal di sana. Ini membuat suasana makin tak jelas,” kata Jack Komboy, pemain senior Persipura. (red/agus ef)
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda