UTANG GAJI KLUB BESAR

APBD Tak Menjamin
koncomacan - Guyuran puluhan miliar dana APBD rupanya tak menjamin sebuah klub terbebas dari kewajiban atas utang-utang pada pemain. Justru sebaliknya, bagi klub besar seperti Persija dan Persib, utang mereka juga segunung.
Tengok saja Persija. Klub yang didanai APBD hingga Rp 21 miliar pada akhir kompetisi ini belum membayar gaji pemain tiga bulan. Total tunggakan klub asal Jakarta itu mencapai Rp 4 miliar.
“Selama ini kami hanya dijanjikan secepatnya, tetapi tak jelas batas waktunya,” keluh Leo Saputra, bek Persija, Rabu lalu. Leo terpaksa mengemasi barang-barangnya dari mes Persija di Ragunan karena kompetisi usai dan belum ada kejelasan sama sekali tentang musim depan.
Manajer Persija, Haryanto Badjoeri, juga sangat sulit dihubungi soal utang-utang ini. Beberapa kali menghubungi telepon genggamnya selalu tak aktif. Padahal Greg Nwokolo cs. kini menunggu dengan tak pasti tiga bulan gajinya.
Sementara itu, Direktur Umum PT Persija Jaya mengaku tak tahu menahu soal itu. “Kalau soal APBD dan utang gaji pemain itu yang tahu manajemen. Kami sendiri pengelola pertandingan malah tekor Rp 1,2 miliar karena gagal main di kandang,” ungkap Bambang Sucipto.
Relatif Aman
Persitara, yang menerima dana APBD dari pemprov lebih kecil, Rp 8 miliar, malah relatif aman. “Sampai Mei lalu sudah membayar semua gaji pemain dan tunggakan lainnya. Soal gaji telat, paling hanya Juni ini. Bagi pemain asing pun mereka harus menyerahkan semua fasilitas, baru kami berikan gajinya utuh di bulan Juni,” tutur Harry “Gendhar” Ruswanto, manajer Persitara.
Kasus utang juga menimpa Maung Bandung. Dana APBD sebesar Rp 34 miliar bukan jaminan bagi Persib untuk membayar gaji pemain dengan lancar. Buktinya gaji bulan Juni belum diterima pemain dan ofisial tim. Persib juga punya utang sekitar Rp 3 miliar kepada pihak ketiga yang memberikan dana talangan.
“Gaji bulan terakhir memang belum kami bayarkan karena uangnya belum ada. Untuk gaji setiap bulannya, kami butuh uang Rp 980 juta,” sebut wakil manajer Persib, Umuh Muhtar.
Musim ini total dana yang dibutuhkan Persib sebesar Rp 30 miliar. Namun, menurut Umuh, dana APBD yang diterima manajemen hingga berakhirnya kompetisi baru Rp 25,6 miliar. “Untuk menutupi kekurangan, manajemen mencari dana talangan dari berbagai pihak, termasuk uang pribadi saya. Sekarang hanya gaji pemain bulan terlahir yang belum terbayar,” kata Umuh.
Umuh mengatakan ia bisa saja mencari dana talangan untuk membayar gaji pemain bulan terakhir asalkan ada jaminan dari Badan Pengelola Persib (PBB) uang talangan tersebut akan segera diganti.
Kompensasi
Klub besar lainnya yang bermasalah soal utang adalah Persebaya. Namun, klub Divisi Utama asal Surabaya itu hanya menunggak utang sekitar Rp 250 juta pada enam pemain yang dicoret (Sugiantoro, Kurnia Sandi, Rustanto Sriwahono, Fachrudin, Jordi Kartika Asmara, dan I Putu Gede) seusai putaran pertama.
Utang itu adalah kompensasi sebulan gaji mereka setelah resmi dicoret. Semula pengurus berjanji akan memberikan hak enam pemain itu pada April lalu.
Ketua Harian Persebaya, Cholid Ghoromah, mengaku kondisi keuangan Persebaya yang kembang kempis membuat mereka belum bisa menutup utang itu. Tapi, ada indikasi kompensasi itu tak terlunasi. “Kami tak wajib membayarnya. Tapi, kami pasti akan memberikannya seusai kompetisi nanti,” kata Cholid.
Namun, melihat kenyataan yang terjadi di Persija dan Persib, sebenarnya ada sesuatu yang salah dalam pengelolaan manajemen klub tersebut. Atau mungkin sengaja disalahkan agar senantiasa dana tersebut tak cukup. (red/agus ef)
LANGKAH PEMAIN MENUNTUT GAJI
1. Meminta kejelasan pengurus.
2. Menolak berlatih atau bermain.
3. Melakukan demo atau mengancam pengurus dan manajemen.
4. Melaporkan manajemen ke PSSI dan BLI bahkan FIFA
5. Melaporkan manajemen ke pengadilan