MENGAPA KLUB SEPAK BOLA INDONESIA SULIT MAJU ?

KEDIRI, Sabtu - Untuk meningkatkan kualitas klub sepak bola, faktor latihan menjadi kunci penting. Karenanya, sekalipun kondisi cuaca tidak baik, latihan mesti terus berjalan. Indonesia yang sering hujan, misalnya, tidak harus membuat pemain absen latihan. Sebab, latihan dilakukan di lapangan indoor dengan rumput sintetis.
Demikian diungkapkan komentator ESPN Paul Masefield yang juga pernah menjadi pemain bola di Inggris dan Hongkong, dalam acara "Strategic Football Seminar" di Jakarta, Jumat (6/3).
Paul Masefield bersama mantan tim nasional Inggris pada Piala Eropa 1988 dan Piala Dunia 1990 serta legenda Liverpool Steve McMahon menjadi pembicara dalam seminar tersebut. Mereka menyampaikan materi bagaimana membuat suatu klub sepak bola menjadi profesional dan sarat prestasi di tingkat lokal maupun internasional.
"Seorang manajer sepak bola mesti memiliki visi yang jelas," kata Steve. Visi yang cukup ditekankan olehnya adalah soal pembinaan pemain yang berkelanjutan.
Caranya, dengan regenerasi pemain serta melakukan kontrol atasnya. Hal inilah, sebagaimana ditambahkan Paul, yang menjadi persoalan besar dalam persebakbolaan di Asia secara umum.
"Masalah besar yang dihadapi sepak bola Asia adalah soal tidak adanya kontinuitas pembinaan pemain sehingga prestasi kurang berkembang," kata Paul.
Untuk menjadikan suatu klub profesional, kata Steve, mesti memiliki manajer yang tangguh. Manager yang berkualitas itu harus bisa dipercaya dan dapat bekerjasama dengan semua pihak jika tidak maka klub akan berantakan. Selain itu, manajer harus melihat perkembangan klubnya 2-3 minggu ke depan. Jika ada persolan, manajer bisa dengan cepat dan taktis menyelesaikannya.
"Hadapi persoalan, jangan ditinggalkan. Atasi secepaynya!" katanya.
Dalam tiap pertandingan, kata Steve, fase yang sangat penting adalah saat menjelang pertandingan. "Di situlah peran manajer untuk memberi motivasi kepada pemain. Dalam waktu satu jam menjelang pertandingan dimulai semua sudah beres, juga jika ada persoalan," kata Steve.
Faktor penunjang lain yang menentukan keberhasilan suatu klub, sebagaimana dikatakan oleh Steve adalah soal makanan. "Di Inggris soal nutrisi sangat diperhatikan sekali. Nutrisi, air minum, pola makan tidak bisa sembarangan," kata Steve.
Mengomentari soal makanan lokal, Paul mengatakan bahwa nasi lemak tidak bagus dikonsumsi oleh pemain sepak bola. "Tapi nasi putih tidak apa-apa," katanya.
Sederet gambaran ideal di atas tampaknya jauh dari harapan, ketika pembicara ketiga seorang praktisi sekaligus organisatoris sepak bola nasional Syauqie Suratno memaparkan kondisi persepakbolaan Indonesia.
"Ada banyak sekali persoalan yang ada untuk memajukan persepakbolaan kita," kata Syauqie. Beberapa persolan tersebut misalnya, selama ini dana yang digunakan klub dari APBD yang membebani keuangan daerah, dana di klub tidak bersifat investasi tetapi hanya setahun.
Cara berpikir pengurus klub hanya setahun; dana harus habis setahun, tahun ini yang penting masuk delapan besar, tahun ini jangan sampai degradasi, tahun ini melatih tetapi tidak tahun tahun depan, dan masih banyak persolan lain yang membuat persepakbolaan Indonesia sulit berkembang. Satu peluang yang bisa dilakukan, kata Syauqie, adalah menjadikan klub di Indonesia berbadan hukum.
"Klub di Indonesia menjadi BUMD itu mungkin. Setidaknya ada dua syarat yang mesti dipenuhi," katanya. Pertama, klub harus meyakinkan publik bahwa klub bisa mandiri tanpa membebani APBD. Kedua klub harus layak dan bisa diterima oleh semua stakeholder.
Pengajuan klub menjadi BUMD, kata Syauqie, itu mudah. "Sejauh itu profitable dan disetujui oleh stakeholder utama pengajuan dan persetujuan APBD yaitu pemerintah daerah (eksekutif) dan DPRD (legestlatif), dengan diatur melalui Peraturan Daerah yang nantinya membawa kepada pendirian PT sesuai dengan UU No 40 tahun 2007 mengenai Perseroan Terbatas, bisa saja," kata Syauqie.
Kemungkinan ini ditanggapi juga oleh Steve. Pada intinya ia setuju. "Menurut saya bentuk ini (BUMD) bagus untuk dicoba. Di mana-mana memang begitu. Klub-klub profesional berjuang untuk mencari sponsor. Yang penting profesional dalam mengatur keuangan. Di Inggris saja (semua klub di Inggris berbadan usaha) yang tidak bisa mengelola uang akan ambruk karena terjerat utang," kata Steve.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda