AREMA HARUS MENANG

Butuh Pemain Berinisiatif

koncomacan - Laga krusial bakal dihadapi Arema dalam laga lanjutan Djarum Indonesia Supeer League (DISL) menjamu Persiwa Wamena (8/3). Laga ini dianggap krusial karena tidak ada pilihan bagi Arema selain harus menang. Sebab hasil akhir nanti akan sangat berdampak besar terhadap tim berjuluk Singo Edan tersebut.

Dampak secara prestasi adalah semakin sulit untuk mentas dari papan bawah. Karena saat ini Arema masih berada di posisi 11 klasemen sementara. Padahal kesempatan untuk banyak mendulang poin adalah ketika tampil di kandang sendiri. Sementara dua laga kandang di putaran kedua sudah gagal akibat kalah dari Persik 0-1 dan dibantai Persipura 0-5. "Segala persiapan sudah kami lakukan jelang lawan Persiwa. Jadi saya berharap bisa menuai hasil maksimal," kata Gusnul Yakin, pelatih Arema di Stadion Kanjuruhan kemarin.

Untuk menghadapi Persiwa nanti, Gusnul sudah bisa memiliki stok pemain lebih banyak dibanding saat menjamu Persipura lalu. Sebab tiga pemain pilarnya yakni Alexander Pulalo, Arif Suyono, dan Erik Setiawan sudah bisa tampil. Sebelunya ketiganya absen kaerna akumulasi kartu kuning. Dalam sesi latihan di Stadion Kanjuruhan kemarin, mereka sudah diplot di posisi masing-masing.

Selain tambahan tiga pemain lokal itu, tiga pemain asing yang baru yakni Fortune Udo, Buston Brown, dan Chmelo Roman juga berpeluang bisa tampil. Ketiganya tinggal menyetorkan izin tinggal dari kedutaan RI di Malaysia ke Badan Liga Indonesia (BLI). Karena semua administrasi yang lain sudah dikantongi. Apaagi ketiganya juga sudah ke Malaysia untuk mendapatkan izin tinggal itu. Dijadwalkan Jumat sore ketuiagnya sudah kembali bergabung latihan denagn Suroso dan kawan-kawan. "Saat melawan Persiwa nanti, kami butuh pemain yang punya banyak inisiatif. Yakni pemain yang bisa membuat serangan variatif dan tidak monoton sehingga sulit dibaca pemain lawan," harap dia.

Jamu Persija Terancam Tertunda
Polisi Konsentrasi Pengamanan Kampanye

konmcomacan - Laga Arema menjamu Persija Jakarta di Stadion Kanjuruhan yang dijadwalkan 23 Maret mendatang besar kemungkinan batal. Ini seiring dengan bakal sulitnya mendapatkan izin dari kepolisian untuk menggelar pertandingan big match tersebut. Sebab di saat bersamaan, konsentrasi kepolisian tercurah untuk pengamanan kampanye pemilihan legislatif (pileg). "Menggelar pertandingan bersamaan dengan kampanye sangat rawan. Apalagi personel kami dalam mengamankan kampanye cukup terbatas," tegas Kombes Pol Rusli Nasution, Kapolwil Malang saat dihubungi kemarin.

Rusli menambahkan, menggelar pertandingan selevel Djarum Indonesia Super Leageu (DISL) bersamaan dengan kampanye sangat rawan terjadi kerusuhan. Fakta bahwa laga Arema versus Persija selalu aman dari kerusuhan di tahun sebelumnya juga belum jadi jaminan situasi akan kondusif. Sebab di tahun sebelumnya laga tersebut tidak sedang bersamaan dengan kampaye. Tapi jadwal yang telah dikeluarkan Badan Liga Indonesia (BLI) tahun ini bersamaan dengan pesta demokrasi.

Meski demikian, kata Rusli, belum ada keputusan final terkait izin pertandingan tersebut. Karena keputusan baru dilakukan usai koordinasi antara pengurus Arema dan petugas Polres Malang pada Jumat hari ini (6/3) di Mapolres Malang.
"Tidak menutup kemungkinan berkumpulnya aksi massa di Kanjuruhan ini disusupi kepentingan politik. Apabila itu terjadi, sangat rawan konflik," imbuh Rusli.
Sementara asisten manajer Arema M. Taufan mengatakan, pihaknya tetap berharap pertandingan Arema melawan Persija bisa digelar di Stadion Kanjuruhan sesuai jadwal. Pertimbangannya selama ini setiap Arema bermain dengan Persija di Kanjuruhan tidak pernah ada gangguan. Gesekan konflik yang bahkan sampai menimbulkan potensi kerusuhan juga tidak pernah terjadi. Ini tidak lepas dari hubungan baik yang selalu terjalin antara Arema dan Persija. Baik antara tim maupun suporter Aremania dan Jackmania.

Selain itu, imbuh Taufan, apabila pertandingan Arema dan Persija ditunda berisiko pada molornya kompetisi. Imbas lebih besar adalah biaya operasional yang ditanggung klub semakin membengkak. Manajemen harus membayar tambahan gaji pemain dan pelatih karena harus memperpanjang kontrak pemain. "Tapi kami terserah kepada aparat kepolisian," tutur Taufan.