KLUB DAN AGEN KURANG ANTISIPASI

Senin, 19 Oktober 2009
koncomacan - PT Liga Indonesia (PT LI) membuat warna berbeda pada musim kedua Indonesia Super League (ISL). Pada musim 2009-2010, regulator kompetisi sepak bola profesional tanah air itu memberlakukan aturan tiga pemain non-Asia dan dua amunisi Asia. Jumlah pemain turun drastis. Malah, banyak pemain asing yang belum bisa merumput hingga sepekan setelah kompetisi digulirkan.
INDONESIA Super League (ISL) 2009-2010 sudah berlangsung sepekan sejak dimulai pada 11 Oktober lalu. Tapi, belum semua klub bisa memanfaatkan pemain asing yang dikontrak.
Hingga kemarin (18/10), baru 66 pemain asing yang didaftarkan klub ke PT LI. Banyak pemain yang belum disahkan. Hanya 24 pemain yang disahkan. Klub masih dapat mendaftarkan maksimal dua pemain sampai 30 Oktober nanti. Tapi, mereka tidak bisa diturunkan pada laga perdana tim. Jumlah tersebut jauh lebih sedikit daripada tahun lalu yang mencapai 88 pemain asing.
Berdasar Peraturan Organisasi (PO) PSSI tentang kompetisi 2009-2010, PSSI memberikan kuota 90 pemain asing untuk merumput di ISL. Hal itu terjadi jika 18 tim kontestan kompetisi sepak bola level tertinggi tanah air tersebut memaksimalkan kuota lima pemain asing. Yakni, tiga pemain non-Asia dan dua amunisi Asia. "Kali ini, jumlah pemain asing memang jauh berkurang daripada musim lalu. Itu terkait dengan perubahan aturan pemain asing dari lima menjadi tiga plus dua," ujar Sekretaris PT LI Tigorshalom Boboy di Jakarta.
Rupanya, banyak pemain asing yang belum disahkan karena masih terganjal persoalan administrasi. Penyebab utamanya adalah adanya aturan baru untuk mendapatkan visa. "Pemain Afrika dan beberapa negara Eropa harus mengambil kitas (kartu izin tinggal sementara) di negara masing-masing. Pemain dari daratan Amerika bisa mengambilnya di Singapura," kata Edy Syahputra, agen pemain dari Ligina Sportindo.
Pada 2008, para pemain Afrika itu masih bisa mengurus kitas di Singapura atau Malaysia. Sebelumnya, pemain asing harus menjalani verifikasi kelayakan strata kompetisi dan minimal tampil pada 75 persen pertandingan selama semusim di klub sebelumnya.
Setelah lolos verifikasi dan mendapatkan klub, pemain asing tersebut wajib menyetor dana pengembangan keahlian dan keterampilan (DPKK) ke Depnaker. Besarannya mencapai USD 1.200 per tahun. Pemain dan pelatih asing wajib membayar DPKK. Sebab, bukti pembayarannya dipakai untuk mengurus kitas. DPKK, kitas, dan ITC menjadi syarat mutlak agar pemain bisa disahkan. "Kalau administrasi itu tidak dilengkapi, para pemain tidak akan disahkan," jelas Edy.
Menurut Tigor, jeda waktu kompetisi ISL musim pertama ke musim 2009-2010 kali ini lebih pendek. Musim lalu, tim bisa mempersiapkan diri pada Januari-Juli, kini hanya Juli-Oktober.
Kondisi tersebut cukup disesali PT LI. Sebenarnya, badan yang dipimpin Andi Darussalam Tabusalla tersebut berharap, klub tidak merugi karena sudah mengontrak pemain asing itu dengan harga yang tidak murah. "Seharusnya, klub atau agen pemain bisa mengantisipasi kondisi tersebut. Sebab, regulasi tak mengalami banyak perubahan jika dibandingkan dengan tahun lalu," ungkapnya.
Bukan rahasia lagi kalau birokrasi di Indonesia ruwet. Dibutuhkan kesabaran dan kemauan untuk menjemput bola. "Tidak bisa kita serahkan begitu saja, kemudian ditinggal," ujarnya.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda