BTN LARANG PEMAIN NASIONAL BELA KLUB
koncomacan - JAKARTA, Badan Liga Sepak Bola Indonesia (BLI) optimistis bahwa pertandingan Indonesia Super League (ISL) 2009-2010 tetap berkualitas. Itu terkait keputusan Badan Tim Nasional (BTN) yang melarang pemain nasional membela klubnya dalam kompetisi ISL maupun Divisi Utama.
''Jumlah pemain Indonesia cukup banyak. Dari aspek komersial, tidak masalah kehilangan pemain timnas,'' ujar Joko Driyono, CEO Badan Liga Indonesia (BLI), di Jakarta kemarin (31/7).
BLI, lanjut Joko, tidak berhak turut campur dalam pengambilan kebijakan PSSI. ''Yang penting kompetisi tidak boleh berhenti,'' jelas pria asal Ngawi, Jawa Timur, itu. Alternatif untuk memundurkan jadwal pun tidak mungkin. Sebab, kompetisi sudah harus kelar sebelum Piala Dunia 2010 digeber.
Ya, sebelumnya, BTN memutuskan melarang pemain tampil dalam ISL. BTN beralasan, training center (TC) panjang tak lagi efektif dan efisien sehingga mereka memilih menggeber latihan pendek. Kebetulan waktu yang dipancang itu bentrok dengan pelaksanaan kick off pertama Indonesia Super League (ISL) 2009-2010 pada 11 Oktober.
Bagi timnas senior, mereka dipastikan tak bisa membela klub hingga 10 November setelah Indonesia melawan Kuwait pada Pra-Piala Asia 2011. Bahkan, pemain nasional proyeksi SEA Games XXV/2009 harus lebih lama lagi meninggalkan klub, yakni Desember nanti setelah multieven bangsa se-Asia Tenggara itu selesai digeber di Laos. TC bagi dua timnas tersebut bakal dimulai 25 September.
Rahmad Darmawan, pelatih Sriwijaya FC, menyesalkan BTN tak mengajak bicara wakil klub hingga kemarin. Sebagai klub yang sudah mengikat banyak pemain berbanderol timnas, Rahmad sudah memprediksi kerugian yang bakal dituainya jika BTN benar-benar melayangkan keputusan itu kepada klub. Charis Yulianto (bek), Ferry Rotinsulu (penjaga gawang), Ponaryo Astaman (gelandang), Isnan Ali (bek), dan Arief Suyono (gelandang) adalah beberapa nama yang siap mengenakan kostum Sriwijaya FC musim depan. ''Seharusnya PSSI tidak arogan dengan memberikan keputusan sepihak,'' ujar Rahmad.
Menurut Rahmad, justru PSSI bisa lebih baik menggeber TC jangka panjang jika melihat jadwal kompetisi dan turnamen internasional saat ini. (red/agus ef)
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda