JACKSEN BURU GELAR GANDA

Sebelumnya, pelatih asal Brazil tersebut mampu menambah trofi juara setelah mengantarkan Persipura Jayapura menjadi kampiun pada edisi perdana Super League musim ini. "Puji Tuhan seandainya saya mampu meraih gelar itu. Yang pasti, semua berkat tim dan lingkungan Papua yang sangat saya cintai. Di Papua, saya mendapatkan ketenangan batin yang tak diperoleh di tempat lain," ungkap mantan pelatih Persiter Ternate tersebut.
Selain mampu menambah isi lemari dengan trofi juara, gelar pelatih ter-fair Djarum Indonesia Super League versi Jawa Pos akan membuat dia dua kali memencundangi pelatih Sriwijaya FC Palembang Rahmad Darmawan. Pada kompetisi resmi, Jacksen mampu mengantarkan Persipura menggagalkan ambisi Rahmad yang ingin melakukan back to back alias membawa satu tim menjadi juara dua kali beruntun.
"Apakah saya berhasil mengalahkan Rahmad atau tidak, saya adalah pelatih yang selalu ingin menjadi yang terbaik. Saya tidak suka dengan kekalahan. Karena itu, ketika mampu meraih gelar, saya akan sangat bahagia. Meski begitu, saya tetap tidak boleh terlalu arogan," kata pelatih pernah menukangi Persitara Jakarta Utara serta Persebaya Surabaya tersebut.
Bagaimana peluang Jacksen meraih gelar pelatih terfair? Meski tercecer di posisi ketiga, dia masih punya peluang. Apalagi, Rahmad mengeluarkan pernyataan keras seputar kepemimpinan wasit Najamudin Aspiran saat Sriwijaya FC bersua Persiwa Wamena. "Saya rasa, pelatih yang mampu meraih hasil terbaik layak mendapatkannya. Saya sadar diri. Tapi, saya tetap tak boleh pesimistis," ujar Rahmad. (red/agus ef)
Mandala Tak Buat Keder
koncomacan - JAYAPURA, Stadion Mandala, Jayapura, dikenal angker bagi tim tamu. Hanya Persijap Jepara tim yang bisa menahan imbang tuan rumah Persipura-dalam Djarum Indonesia Super League (DISL) musim ini pada 15 Agustus tahun lalu. Tim-tim lainnya harus menelan kekalahan dari Eduard "Edu" Ivakdalam dkk.
Namun, bagi Sriwijaya FC (SFC) Palembang, Mandala tidak membuat keder. "Persipura itu susah menang ketika bertemu dengan kami. Jadi, tak ada yang perlu kami takutkan di Stadion Mandala," tegas kiper SFC Ferry Rotinsulu kemarin (7/6).
Ya, pada putaran I lalu, Persipura tak bisa mengalahkan SFC. Di Gelora Sriwijaya, Jakabaring, Palembang (12/7/08), kedua tim bermain imbang 2-2. Namun, melihat statistik kedua tim lima musim terakhir, SFC (termasuk ketika masih bernama Persijatim FC dan Solo FC) masih yang teratas.
Yang paling spesial tentu saja laga final Copa Indonesia III pada 13 Januari 2008. Isnan Ali dkk sukses mengandaskan Mutiara Hitam -julukan Persipura- 4-1 melalui drama adu penalti. Dalam delapan kali pertemuan, Laskar Wong Kito -julukan SFC- mengantongi empat kemenangan. Sedangkan Persipura hanya satu. Sisanya berakhir imbang. "Kalau bisa menang, saya pikir kami juga merasa seperti juara," kata Rahmad Darmawan, pelatih SFC.
Namun, SFC mempunyai memori manis di Mandala, tepatnya terjadi pada 26 Maret 2003. Saat itu SFC (masih bernama Solo FC) memetik kemenangan 3-1. (red/agus ef)
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda