CUCI GUDANG PICU KONFLIK
Sriwijaya FC
koncomacan - Di tengah upaya mempertahankan hegemoni double winner, konflik internal mengguncang Sriwijaya FC. Semangat bertanding pemain melorot gara-gara pernyataan yang dilontarkan salah satu oknum manajemen yang berencana mendepak 70 persen pemain di akhir musim.
Ancaman cuci gudang yang dilontarkan wakil manajer Sriwijaya, Hendri Zainuddin, yang dimuat media lokal itu didasari kekesalan atas anjloknya prestasi tim di Djarum ISL dan Liga Champion Asia. Hendri mengklaim bahwa manajemen telah membentuk tim lima, yang terdiri atas dirinya sendiri, M.C. Baryadi, Rahmad Darmawan, Bakti Setiawan, dan Faisal Mursyid, yang akan mengevaluasi para pemain. Mereka yang dianggap tak memiliki komitmen serta dedikasi tanpa ampun bakal didepak dari Tim Wong Kito!
Tim lima mengantungi nama-nama gres, seperti Firman Utina (Pelita Jaya), Erol F.X. Iba (Pelita Jaya), Ahmad Kurniawan (Persik), Syamsidar (PSM), dan Ricardo Salampessy (Persipura), untuk diboyong ke Palembang musim depan.
Mereka juga berencana mendekati tiga pemain Thailand, Therdsak Chaiman, Teraasil Dangda, dan kiper Kosin Hattairanatakool. Rencana ini sontak membuat pemain kecewa. Mereka yang merasa posisinya tak aman bermain setengah hati saat menjajal PKT Bontang, Selasa (28/4). Laga pun berakhir 1-1.
"Kabar ini jelas membuat konsentrasi pemain terganggu. Waktunya tidak tepat di saat kami tengah berjuang mempertahankan gelar juara kompetisi dan Copa," kata Rahmad Darmawan, sang pelatih yang mengaku belum pernah diajak bicara soal pembentukan tim lima.
Rahmad menyebut seusai pertandingan manajemen langsung berbicara ke pemain. Intinya mereka menepis rencana cuci gudang tersebut.
Kurang Perhatian
Namun, tetap saja situasi itu tak memadamkan bara api konflik. Pemain yang sudah lama memendam kekesalan dengan pengurus "baru" yang ditunjuk Gubernur Alex Noerdin buka suara membuka borok manajemen yang membuat penampilan Sriwijaya akhir-akhir ini merosot.
"Seharusnya pengurus introspeksi. Jangan asal menyalahkan pemain. Pengurus baru tak pernah melakukan pendekatan personal untuk membangkitkan motivasi," ungkap salah satu pemain lokal yang minta namanya disimpan.
Semangat bertanding para pemain menurun karena berulangkali manajemen telat membayar gaji dan bonus. Pemain menilai para pengurus baru kurang peduli dengan mereka, berbeda jauh dengan era kepemimpinan mantan Gubernur Sumsel, Syahrial Oseman.
Parahnya PT Sriwijaya Optimis Mandiri pelit menggelontorkan uang untuk biaya transportasi dan akomodasi tim. Mereka masih terlibat utang dengan sejumlah hotel dan biro perjalanan.
Pemain mempertanyakan anggapan pengurus soal prestasi Sriwijaya yang turun dibanding musim lalu padahal untuk sementara masih bertengger di papan atas Djarum ISL.
Mereka juga masih berpeluang mempertahankan gelar juara Copa karena lolos ke babak 8 besar. Kegagalan di penyisihan LCA dinilai wajar karena lawan yang dihadapi secara kualitas jauh di atas mereka. Sebut saja Gamba Osaka, yang berstatus sebagai juara bertahan.
"Sejak awal saat tahu hasil undian kita sudah sama-sama tahu bahwa kans melaju ke babak 16 besar LCA amat berat. Klub berada di grup neraka. Situasi itu seharusnya juga menjadi pertimbangan manajemen," ucap Rahmad.
Konon karena merasa masa depannya tak lagi jelas, pemain "asing" mulai bertingkah indisipliner. Mereka diduga mulai melakukan praktik kotor pengaturan skor di kompetisi.
"Saya bisa mengerti bila pemain asing mulai kehilangan semangat. Mereka memilih bermain aman menghindari cedera agar musim depan bisa direkrut klub lain," ujar Baryadi, manajer tim yang kabarnya mulai dipinggirkan karena berstatus sebagai orang kepercayaan Syahrial.
Sekat di Jajaran Pengurus
Pergantian Gubernur Sumatra Selatan dari tangan Syahrial Oesman ke Alex Noerdin ikut memengaruhi susunan kepengurusan klub Sriwijaya FC. Satu per satu kaki tangan Syahrial, yang berstatus sebagai pembina klub musim lalu, tak lagi menduduki kursi di jajaran manajerial Tim Laskar Wong Kito.
Kendali Sriwijaya, yang bertatus perseroan dengan nama PT Sriwijaya Optimis Mandiri, kini dipegang oleh anak kandung Alex, Dodi Alex Noerdin. Dodi, yang punya kuasa penuh atas Sriwijaya, menempatkan orang-orang kepercayaannya di pos-pos penting klub.
Praktis orang lama yang masih menjadi pengurus hanya M.C. Baryadi (manajer) dan Bakti Setiawan (ketua harian). Sekalipun memangku jabatan sentral, ruang lingkup kerja keduanya tak lagi luas seperti musim lalu. Baryadi sendiri tak menutupi adanya sekat antara pengurus baru dan lama.
Baryadi, yang musim lalu dikenal ringan tangan dengan menalangi dana operasional klub dari kocek pribadi, memilih bermain "aman", tak mau ikut campur dalam urusan keuangan yang bukan menjadi tanggung jawabnya.
"Kalau musim lalu saya bersedia menalangi karena tahu kapan uang akan diganti. Sekarang situasinya berbeda," katanya.
Konon karena merasa dipinggirkan, Baryadi mulai merapat ke PSMS, klub yang notabene milik kolega bisnisnya, Sihar Sitorus. Belakangan dia pun mulai terlihat jarang mendampingi awak tim saat melakoni duel di pentas kompetisi. Ambil contoh saat Sriwijaya menjamu PKT, Selasa (28/4) di Palembang. Baryadi berada di Balikpapan.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda