JATIM UNTUNG SIAPA MERUGI ?

Sentralisasi Pertandingan

koncomacan-Sentralisasi pertandingan dalam lanjutan kompetisi Djarum ISL membuat beberapa klub dari luar Jatim gigit jari. Kesempatan menangguk untung dari pemasukan tiket penonton hangus. BLI akan mengambil alih semua partai tunda dari 16 Maret hingga awal April, bahkan sampai 4 Mei.

Semua partai itu akan dimampatkan di Jatim atau beberapa tempat dengan sistem pertandingan sentralisasi. Memang semua biaya pertandingan dan ongkos transportasi serta akomodasi klub selama sentralisasi akan ditanggung BLI. Sebaliknya BLI hanya memberikan kompensasi sebesar Rp 75 juta bagi setiap klub yang menjadi tuan rumah partai-partai itu.
Bagi tim yang memiliki penonton besar setiap partai kandangnya pasti merugi. Kompensasi tersebut relatif kecil jika dibandingkan pemasukan tiket dari penonton jika laga berlangsung di home base mereka sendiri.

“Tren pemasukan kami sedang naik. Kami bisa mendapatkan untung lebih dari itu jika bermain di kandang sendiri,” keluh Bambang Sucipto, Direktur Umum PT Persija.
Hal sama juga dialami Persijap. ”Selama ini dalam setiap pertandingan kami meraup hasil kotor Rp 300 juta. Laba bersih bisa mendapat Rp 200 juta. Sialnya tiga partai kandang yang potensial itu masuk dalam rentang waktu sentralisasi. Tapi, kami minta kebijakan BLI agar tiga pertandingan itu bisa digelar di Jepara,” ungkap Edy Sujatmiko, manajer Persijap.

PSIS pun nyaris sama. Jika menggelar laga kandang di Stadion Jatidiri, Semarang, dengan asumsi 80 persen kapasitas stadion terpenuhi, panpel PSIS biasanya mendapat pemasukan kotor sebesar Rp 160 juta. Dikurangi pengeluaran sebesar Rp 40 juta-45 juta, maka pendapatan bersih PSIS berkisar Rp 115 juta-120 juta.

Jika BLI memenuhi janji mereka dengan memberikan subsidi sebesar Rp 75 juta per partai pada tim yang berposisi sebagai tuan rumah, maka PSIS “hanya” akan menderita kerugian 40 juta-45 juta. Tetapi, kerugian tersebut masih bisa diminimalisasi jika partai yang melibatkan PSIS disiarkan secara langsung oleh televisi.
“Fee pertandingan yang kami terima tentu bisa mengurangi kerugian kami. Hitungannya kami jadi merugi Rp Rp 25 juta per partai. Jumlah yang masih bisa kami toleransi daripada kompetisi berakhir mundur,” ujar manajer operasional PSIS, Ari Wibowo.

Namun, bagi klub kecil dari Jatim, tambahan itu jelas menguntungkan. Deltras justru merasa diuntungkan dengan adanya sentralisasi. “Dari hitungan kami, biasanya kami dapat pemasukan dari tiket tak lebih dari Rp 50 juta,” jelas Awan Juliarto, manajer Deltras.
Sementara itu, bagi Persipura, periode sentralisasi malah menguntungkan karena mereka sedang main tandang saat itu. Malah mereka diuntungkan karena kini menjalani partai tandang yang terpusat dan tak terlalu melelahkan.

PARTAI SENTRALISASI
JADWAL TERTUNDA

15 Maret Persik vs Persija
16 Maret Pelita Jaya vs Persib
21 Maret Pelita Jaya vs Persitara, PSIS vs Persib
23 Maret Arema vs Persija
28 Maret Persiba vs Arema, PKT vs Persik, Persitara vs PSMS, Persib vs Sriwijaya FC
29 Maret Persela vs Deltras, Persita vs Persijap
30 Maret Persija vs PSM
1 April PKT vs Arema, Persiba vs Persik, Persib vs PSMS, Persitara vs Sriwijaya FC

JADWAL BELUM TERLAKSANA

4 April Persela vs PSM
16 April Persija vs PSMS
18 April Persijap vs Persib
19 April Persik vs Persela
20 April Persija vs Deltras
22 April Persita vs Persiwa
25 April Deltras vs Persik, Persijap vs Persipura
26 April PSIS vs Persela, Persita vs Persib, Sriwijaya FC vs PKT
27 April PSM vs Arema, PSMS vs Persiba, Pelita Jaya vs Persija
30 April Sriwijaya FC vs Persiba, PSMS vs PKT, Persijap vs Persiwa
2 Mei Deltras vs Arema, Persita vs Persipura, PSM vs Persik
3 Mei Pelita Jaya vs Persela, Persitara vs Persib
4 Mei PSIS vs Persija