PERSIB BERHARAP BLI

koncomacan-Dalam lima musim terakhir, total uang rakyat Bandung yang dihabiskan untuk menyokong eksistensi Persib Bandung menembus angka lebih dari Rp 100 miliar!
Musim ini dana yang disiapkan Persib mencapai sekitar Rp29,5 miliar atau salah satu yang tertinggi di antara seluruh kontestan Liga Super 2008/2009. Jumlah yang lumayan fantastis untuk ukuran klub yang masih ”rajin” melaksanakan puasa gelar juara. Kenyataan itu bukan tanpa menghadirkan unek-unek di benak petinggi Maung Bandung, termasuk Ketua Badan Pengelola Persib (BPP) Dada Rosada.
Orang nomor satu di tubuh klub yang 14 Maret lalu genap berusia 76 tahun itu mengungkapkan mau tak mau BLI (Badan Liga Indonesia) harus segera menolong klub. Dada menilai besarnya jumlah pengeluaran tak melulu karena faktor klub ingin gagah-gagahan membuktikan ambisi juara dengan cara merekrut pemain label bintang, tapi lebih karena regulasi penggunaan maupun kontrak pemain seolah menuntut klub melakukan hal yang sifatnya jor-joran.
Karena itu, Dada kembali menyuarakan tak ada salahnya dalam beberapa hal sepak bola Indonesia dikembalikan ke belakang. ”Lebih baik mengacu kembali ke pola Perserikatan,” tandas Dada beberapa waktu lalu. Yang dimaksud Wali Kota Bandung tersebut adalah menyangkut penggunaan pemain.
Dada menilai salah satu solusi terbaik menekan pengeluaran klub yang diprediksi dalam beberapa musim ke depan bakal jauh lebih kesulitan masalah dana. Salah satunya dengan cara mencaplok salah satu aturan nonformal yang pernah berlaku ketika Kompetisi Perserikatan masih berjalan.
”Lebih baik memberi kewajiban kepada klub menggunakan pemain binaan sendiri. Misalnya, dari total pemain yang ada, 60–70% di antaranya pemain binaan. Selebihnya merupakan hasil perekrutan,” ucap Dada.
”Bukankah hal ini lebih menjanjikan kesempatan kepada para pemain yang sebelumnya berstatus amatir untuk lebih cepat mengorbit ke tingkat profesional. Lebih dari itu, sisi positif lainnya, klub menjadi lebih terdorong untuk fokus dan menyandarkan diri pada pola pembinaan pemain,” lanjutnya.
Dada bukan sedang mengajak sepak bola Indonesia untuk mundur satu langkah. Sebab, faktanya, klub sepak bola di Indonesia cenderung lebih suka menghamburkan dibandingkan menghasilkan duit, termasuk klub-klub yang dinilai pelat hitam atau swasta seperti Pelita Jaya FC. Dalam sebuah kesempatan, Ketua Umum Pelita Gunawan Tamsir sempat mengungkapkan, The Young Guns sebenarnya belum seistimewa yang dibayangkan.
”Meski statusnya klub swasta, bukan berarti kami tak dituntut mandiri. Malu rasanya jika terus menerus disubsidi dana perusahaan,” ungkap Gunawan beberapa waktu lalu.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda