PRODUKTIFITAS GOL ISL 2008-2009 MENURUN
PRODUKTIFITAS GOL ISL MENURUN
Produktivitas gol pada awal putaran kedua Liga Super menurun hingga 50%. Meratanya kekuatan klub ditengarai jadi salah satu faktor pemicunya.
Tidak banyak gol yang tercipta pada beberapa pertandingan putaran kedua. Total, baru 19 gol dari 12 pertandingan. Lima bentrok berakhir 1-0, bahkan tiga diantaranya seri 0- 0. Tiga pertandingan dengan skor besar ternyata belum bisa mengatrol produktivitas. Contohnya, duel Persijap versus Persitara berakhir dengan skor 3-1.
Donasi masing-masing empat gol lainnya ditorehkan PSMS melawan PSIS serta bentrok Sriwijaya FC kontra PSIS yang sama-sama berakhir 2-2. Rata-rata klub hanya bisa melesakkan 1,58 gol pada setiap bentrok awal putaran kedua. Bandingkan dengan 12 pertandingan putaran pertama yang melahirkan 36 gol.
Artinya, rata-rata tiga gol tercipta di setiap pertandingan. Hujan gol juga lahir ketika Persib Bandung menggelontor gawang Persela Lamongan dengan skor 5-2 pada 13 Juli silam. Asisten Manajer Persija Ferry Indra Syarief mengungkapkan, penurunan jumlah gol disebabkan peningkatan kualitas klub-klub pada putaran kedua.
’’Peta persaingan pada putaran kedua akan lebih berat. Tidak ada lagi sekat klub kuat dengan lemah. Posisi klub di klasemen bukan lagi indikator kekuatan yang sebenarnya,” ungkap Ferry kepada SINDO kemarin. Metamorfosis kekuatan mulai dilakukan para penghuni papan bawah atau zona merah.
Sebagai ilustrasi, Persitara yang berada di urutan 14 klasemen mendatangkan striker Prince Kabir Bello dan gelandang Esaiah Pello Benson. Deltras yang terpuruk di kerak degradasi berharap jasa Danilo Fernando atau Gustavo Chena.
Anggota big four, Persija menambah mesin gol Fabio Lopez, sedangkan Sriwijaya FC berhasil merekrut striker tim nasional (timnas) Budi Sudarsono. Namun, menurunnya produktivitas bukan alasan teknis semata. Perbedaan musim bisa jadi parameter lain. Awal putaran kedua yang digelar mulai akhir Januari berada saat musim penghujan.
Imbasnya, kondisi lapangan lebih berat sehingga permainan tidak berkembang. Bandingkan bila kompetisi digelarsaat kemarau, seperti yang terjadi pada putaran pertama.
’’Karakter istiknya sangat berbeda. Persaingan semakin alot untuk merebut gelar juara atau sekadar tidak terdegradasi. Tidak mudah mencetak banyak gol. Klub berlomba- lomba agar tidak kebobolan sehingga mencari aman. Bek sudah hafal dengan karakter para striker. Untuk itu, perlu sedikit perubahan pada lini depan,” lanjutnya.
Argumen lain juga diberikan Pelatih Persipura Jacksen F Tiago. Mantan Pelatih Persitara ini menyatakan, tidak meratanya jadwal kompetisi juga berpengaruh terhadap menurunnya produktivitas gol.
’’Berubahnya komposisi pemain berpengaruh besar.Tapi,ada klub yang belum bertanding. Beberapa pemain rekrutan baru belum in. Klub juga terus mencari bentuk permainan terbaiknya. Butuh waktu untuk on fire kembali, terutama setelah vakum kompetisi cukup panjang,” tandasnya.
[koncomacan]
Produktivitas gol pada awal putaran kedua Liga Super menurun hingga 50%. Meratanya kekuatan klub ditengarai jadi salah satu faktor pemicunya.
Tidak banyak gol yang tercipta pada beberapa pertandingan putaran kedua. Total, baru 19 gol dari 12 pertandingan. Lima bentrok berakhir 1-0, bahkan tiga diantaranya seri 0- 0. Tiga pertandingan dengan skor besar ternyata belum bisa mengatrol produktivitas. Contohnya, duel Persijap versus Persitara berakhir dengan skor 3-1.
Donasi masing-masing empat gol lainnya ditorehkan PSMS melawan PSIS serta bentrok Sriwijaya FC kontra PSIS yang sama-sama berakhir 2-2. Rata-rata klub hanya bisa melesakkan 1,58 gol pada setiap bentrok awal putaran kedua. Bandingkan dengan 12 pertandingan putaran pertama yang melahirkan 36 gol.
Artinya, rata-rata tiga gol tercipta di setiap pertandingan. Hujan gol juga lahir ketika Persib Bandung menggelontor gawang Persela Lamongan dengan skor 5-2 pada 13 Juli silam. Asisten Manajer Persija Ferry Indra Syarief mengungkapkan, penurunan jumlah gol disebabkan peningkatan kualitas klub-klub pada putaran kedua.
’’Peta persaingan pada putaran kedua akan lebih berat. Tidak ada lagi sekat klub kuat dengan lemah. Posisi klub di klasemen bukan lagi indikator kekuatan yang sebenarnya,” ungkap Ferry kepada SINDO kemarin. Metamorfosis kekuatan mulai dilakukan para penghuni papan bawah atau zona merah.
Sebagai ilustrasi, Persitara yang berada di urutan 14 klasemen mendatangkan striker Prince Kabir Bello dan gelandang Esaiah Pello Benson. Deltras yang terpuruk di kerak degradasi berharap jasa Danilo Fernando atau Gustavo Chena.
Anggota big four, Persija menambah mesin gol Fabio Lopez, sedangkan Sriwijaya FC berhasil merekrut striker tim nasional (timnas) Budi Sudarsono. Namun, menurunnya produktivitas bukan alasan teknis semata. Perbedaan musim bisa jadi parameter lain. Awal putaran kedua yang digelar mulai akhir Januari berada saat musim penghujan.
Imbasnya, kondisi lapangan lebih berat sehingga permainan tidak berkembang. Bandingkan bila kompetisi digelarsaat kemarau, seperti yang terjadi pada putaran pertama.
’’Karakter istiknya sangat berbeda. Persaingan semakin alot untuk merebut gelar juara atau sekadar tidak terdegradasi. Tidak mudah mencetak banyak gol. Klub berlomba- lomba agar tidak kebobolan sehingga mencari aman. Bek sudah hafal dengan karakter para striker. Untuk itu, perlu sedikit perubahan pada lini depan,” lanjutnya.
Argumen lain juga diberikan Pelatih Persipura Jacksen F Tiago. Mantan Pelatih Persitara ini menyatakan, tidak meratanya jadwal kompetisi juga berpengaruh terhadap menurunnya produktivitas gol.
’’Berubahnya komposisi pemain berpengaruh besar.Tapi,ada klub yang belum bertanding. Beberapa pemain rekrutan baru belum in. Klub juga terus mencari bentuk permainan terbaiknya. Butuh waktu untuk on fire kembali, terutama setelah vakum kompetisi cukup panjang,” tandasnya.
[koncomacan]
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda