SUKA DUKA TAKATOSHI UCHIDA MENJADI PEMAIN BARU PERSEBAYA

Komunikasi Jadi Kendala, Senang karena Disaksikan Banyak Penonton
Sabtu, 14 Nopember 2009
Takatoshi Uchida baru musim ini merasakan iklim sepak bola Indonesia. Sebelumnya, pemain Persebaya Surabaya asal Jepang itu berkiprah di pentas Liga Singapura (S League).
Takatoshi Uchida tampak serius menyimak arahan dari pelatih Persebaya Surabaya. Kendati bahasa Inggrisnya terbatas, pemain asal Jepang tersebut berusaha memahami keinginan sang pelatih.
Sesaat kemudian, dia berlari ke tengah lapangan, lalu mengambil posisi sebagai libero dalam formasi 3-5-2. Dalam latihan, dia beberapa kali berteriak kepada rekan-rekannya sesama pemain bertahan. Sebagai pemain anyar, Taka (sapaan akrab Takatoshi Uchida) tampak tak canggung saat berinteraksi dengan rekan-rekannya. Pria kelahiran Aichi, 20 Januari 1982, itu baru meneken kontrak dengan Persebaya pada akhir Oktober lalu.
''Saya harus berbicara untuk membangun komunikasi dengan teman-teman. Sebagai pemain bertahan, komunikasi adalah hal yang vital,'' kata pemain bertinggi 185 cm itu dalam bahasa Inggris berlogat Singapura (singlish) campur Jepang.
Tidak semua penggawa Persebaya paham bahasa Inggris. Hal itu cukup menyulitkan Taka. Dia sangat terbantu Anderson Da Silva. Kapten Persebaya asal Brazil tersebut menguasai bahasa Inggris. ''Kalau pemain bertahan lain, seperti Sunaji dan Nugroho (Mardiyanto, Red), mereka sebenarnya mengerti apa yang saya maksud,'' jelasnya.
Nah, demi memperlancar komunikasi dan cepat diterima seluruh komponen tim, Taka berusaha mengenal semua orang di lingkungan Persebaya. Dia berusaha aktif dengan selalu menyapa saat bertemu pemain lain. Kadang, dia salah memanggil. Tapi, dia tak sungkan untuk minta maaf. Dia membungkukkan badan untuk menyatakan maaf. Khas orang Jepang.
Namun, setelah melakoni dua laga di ajang Indonesia Super League (ISL) 2009-2010, Taka semakin akrab dengan rekan-rekan di Green Force (julukan Persebaya). Dia sudah bisa menyebut nama rekannya dengan benar. Untuk mendekatkan diri dengan awak pembantu tim, dia tak segan membantu mereka mengangkut bola yang akan digunakan untuk berlatih.
Taka menyatakan sangat tertantang untuk berkarir di sepak bola Indonesia. Menurut dia, kompetisi di Indonesia jauh lebih hebat daripada S League. Sebelum ke Persebaya, dia bermain bersama klub Albirex Niigata yang berlaga di S League.
Setelah kalah 1-4 oleh PSPS Pekanbaru di Stadion Rumbai, Pekanbaru, 7 November lalu, Taka mendapatkan pelajaran lain tentang sepak bola Indonesia. ''Permainan di sini keras. Saya harus bisa bermain efektif dan cepat beradaptasi,'' ungkap pemain bernomor punggung 5 tersebut.
Selain itu, komunikasi dengan pemain lainnya harus berjalan lebih baik. ''Kami bertiga di belakang (Taka, Anderson, Nugroho, Red) sudah bisa saling mengerti. Jadi, kami bisa membangun pertahanan yang bagus,'' jelasnya.
Meski keras, bagi Taka, kompetisi di Indonesia sangat semarak. Sebab, klub-klub kontestan ISL memiliki suporter yang fanatik. Dia menyatakan, dirinya baru kali ini bertanding dengan disaksikan banyak penonton. Karena membela klub Surabaya, dia harus beradaptasi dengan cuaca di Kota Pahlawan. Menurut dia, Surabaya adalah kota yang panas. Tapi, kondisi itu tidak menjadi masalah.
Selain itu, orang-orang di Surabaya ramah dan gemar membantu. Setelah sebulan tinggal di Surabaya, dia sudah merasakan sejumlah masakan khas, seperti nasi goreng dan sate ayam. ''Saya suka,'' katanya. Dalam sebuah kesempatan, dia bertemu dengan sesama warga Jepang di Surabaya. ''Mereka senang karena ada orang Jepang yang jadi pemain sepak bola di Surabaya,'' tuturnya.