KONTRAK PEMAIN MUDA NAIK SIGNIFIKAN

(Yongki Ariwibowo andalan Persik)

koncomacan - Lesu darah yang dialami Persik akibat minim dana tak membuat klub asal Kediri itu meninggalkan idealisme demi mempertahankan pemain muda berkualitas. Hasilnya Yongky Aribowo, striker timnas U-23 milik Persik, masih bisa bernapas lega.
Penampilan yang cemerlang pada musim lalu membuat posisi tawarnya relatif tinggi. Meski batal bergabung dengan Persija atau Persisam, manajemen Persik berani mengikat Yongky sebesar Rp 300 juta. Angka ini boleh jadi menyalip nominal yang diperoleh dua seniornya di Persik, Wawan Widiantoro dan Agus Susanto.
“Kasus Yongky berbeda. Kami butuh tenaganya dan dia jadi incaran klub-klub lain. Kami juga ingin memberi kesempatan kepadanya lebih besar lagi di tim ini,” sebut Barnadi, Sekum Persik.
Kontrak yang dikantongi Yongky lebih besar ketimbang dua koleganya yang musim lalu sama-sama membela Persik U-21, Kokok dan Aan. “Sebenarnya saya ingin mencari pengalaman di klub lain. Tapi, saya sepakat di Persik satu musim lagi karena saya dibesarkan di Kediri,” kata Yongky.
Pemain muda lain yang tergabung di timnas senior atau U-23, seperti Jayusman Triasdi, juga mendapatkan kontrak yang cukup menggiurkan bagi pemain seusianya.
Persebaya, yang merekrut Jayusman dari PSM Makassar, bahkan membuat rekor transfer tertinggi musim ini untuk pemain dengan usia di bawah 23 tahun sebesar Rp 350 juta. Nominal itu harus dibayar Persebaya ke PSM karena stoper itu masih terikat kontrak selama dua musim dengan Tim Juku Eja.
Jayusman akhirnya digaji sama dengan Yongky sebesar Rp 300 juta untuk durasi semusim oleh Bajul Ijo. “Kami juga punya kebijakan tersendiri. Tak ada pembatasan nilai kontrak pada semua pemain kami, termasuk Lucky Wahyu,” ujar Cholid Goromah, asisten manajer Persebaya.
Lucky, yang kembali membuat kesepakatan dengan manajemen Persebaya, mengalami lonjakan harga yang fantastis. Besaran kontrak gelandang timnas U-23 itu meningkat dari Rp 40 juta musim lalu ke Rp 300 juta musim ini. Namun, nilai itu sebenarnya masih di bawah rekor pemain muda termahal, Boaz Solossa. Musim lalu ia mendapat bayaran Rp 1,12 miliar dari Persipura. Tahun ini nilainya diperkirakan tetap, bahkan mungkin naik.
Fee Agen Wajar jika Turun
Penyesuaian yang terjadi pada gaji atau kontrak pemain tentunya berbanding lurus dengan penurunan fee yang didapat para agen pemain. Jika persentase fee itu sebesar 10%, seperti yang dilakukan Jules Dennis Onana dari Mutiara Hitam, maka pendapatan mereka pun turun. Namun, hal itu harus dimaklumi sebagai penyesuaian atas kondisi yang tengah terjadi di Tanah Air.
"Kita tak bisa selalu memaksakan harga tertentu karena memang setiap klub memiliki kekuatan finansial yang berbeda. Selain itu, harga pemain juga tergantung dengan siapa orang yang melakukan negosiasi dengan klub," papar Eddy Syahputra, agen dari Ligina Sportindo.
Bagi Onana maupun Eko Subekti dari Indo Bola Mandiri, keduanya cukup terpengaruh meskipun itu tak terlalu signifikan. “Kami terserah pemain saja, berapa deal yang mereka inginkan dengan klub, untuk fee agen sudah diatur FIFA sebesar 10-20%. Kalau pemain bisa deal besar, kami pun dapat bagian besar,” ujar Eko Subekti. Meski harga atau fee turun, menurut Onana, ada hal-hal lain yang tak bisa dikurangi. Misalnya biaya pengurusan administrasi. Apalagi bagi negara tertentu, Kitas (Kartu Izin Tinggal Sementara) harus diurus di negara asal, tidak bisa diurus di Singapura seperti tahun lalu.
Beberapa pemain asing yang beredar di Indonesia pun rata-rata bisa memahami kondisi keuangan klub. ”Jika semua klub bersikap rasional, maka saya yakin gaji pemain tak akan tinggi karena mereka akan ikut pasar,” kata Joko Driyono, CEO Liga Indonesia.