ARGENTINA-PRANCIS-PORTUGAL DIUJUNG TANDUK

Kamis, 20 September 2009
koncomacan - BUENOS AIRES, Reputasi Diego Maradona, Raymond Domenech, dan Carlos Queiroz dipertaruhkan. Mereka berada di ujung tanduk akibat hasil buruk yang diperoleh tim asuhannya di pentas kualifikasi Piala Dunia 2010.
Di bawah besutan Maradona, laju Argentina di zona Conmebol alias Amerika Latin kini tertatih-tatih. Demikian juga Prancis yang diarsiteki Domenech dan Portugal yang ditangani Queiroz. Ketiga negara itu terancam tak mendapatkan tiket menuju putaran final Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan (Afsel).
Dampaknya, nasib para pelatih itu pun penuh tanda tanya. Akankah mereka menyusul Sven-Goran Eriksson yang terlebih dahulu disingkirkan dari kursi pelatih timnas Meksiko karena gagal tampil mengesankan?
Padahal, meski sempat terseok-seok, Meksiko masih punya kans lolos ke Afsel. Tapi, pemecatan Eriksson terbukti berdampak positif. Di tangan Javier Aguirre, pengganti Eriksson, El Tri -julukan Meksiko- saat ini berpeluang merebut tiket lolos langsung ke Piala Dunia 2010 dari Zona CONCACAF.
Gagal lolos ke Afsel berarti palu pemecatan bagi Maradona, Domenech, dan Queiroz. ''Saya ingin tegaskan, dia (Domenech) punya tugas meloloskan kami ke Piala Dunia. Jika kami terpaksa melalui playoff, tidak ada yang berubah, Domenech tetap berada di posisinya,'' kata Jean-Pierre Escalettes, presiden FFF (Asosiasi Sepak Bola Prancis), seperti dikutip AFP.
Domenech bisa lebih tenang. Sekalipun Les Bleus -julukan Prancis- gagal membendung langkah Serbia merebut tiket lolos langsung dari grup 7 Zona Eropa, dia masih punya kesempatan di playoff. Kans Prancis menuju playoff masih terbuka lebar.
Meski dia masih mendapat dukungan kuat dari FFF, kepercayaan para pemain kepada pelatih berusia 57 tahun itu terus merosot. Bahkan, striker senior Prancis Thierry Henry secara terbuka mengkritik Domenech.
''Kami bosan dengan pola latihan. Saya telah berada di skuad Prancis selama 12 tahun dan belum pernah berada dalam suasana ini. Kami tidak tahu cara bermain. Tidak tahu apa yang dilakukan. Tanpa gaya, tanpa ide, dan tanpa identitas,'' kata Henry kepada Le Parisien.
Belakangan, Henry menarik ucapannya. ''Sama sekali tidak ada pertentangan,'' ujar penyerang Barcelona itu. Keterangan yang sama disampaikan Domenech. Meski begitu, sulit dibantah bahwa skuad Les Bleus sedang dalam krisis.
Di Argentina, keraguan kepada kualitas Maradona selaku pelatih terus mengemuka. ''Maradona adalah mitos ketika menjadi seorang pemain. Tapi, itu tidak berlaku saat melatih,'' kata Pablo Alabarces, profesor peneliti sepak bola di Universitas Buenos Aires, seperti dikutip Reuters.
Selama menjadi pelatih Argentina dalam 10 bulan terakhir, Maradona telah memanggil lebih dari 62 pemain untuk bergabung dalam skuadnya. Hasilnya, Tango -julukan Argentina- kalah tiga kali dalam lima laga.
Kekalahan dari Brazil di partai kandang Sabtu lalu (5/9) membuat kualitas Maradona selaku pelatih kian diragukan. Surat kabar Spanyol AS melansir, 65 persen orang Argentina percaya Maradona akan membawa timnya pada situasi yang sulit.
Mantan penyerang Boca Juniors Jose Sanfillipo bahkan meminta Maradona mengundurkan diri. ''Maradona tidak tahu apa-apa. Dia tidak berguna. Seharusnya dia segera mengepak barang-barangnya. Argentina dalam bahaya besar,'' katanya.
Mantan kiper Paraguay Jose Luis Chilavert pun ikut angkat bicara. ''Argentina gagal membentuk tim terbaiknya. Messi memang menjadi seperti dewa di Eropa. Tapi, bersama Argentina, dia tidak bisa berbuat apa-apa,'' ketus Chilavert.
Argentina memang masih punya kans melenggang ke Afsel. Tapi, syaratnya tidak mudah. Tango harus terus mengumpulkan poin dalam laga sisanya.
Situasi sulit pun dialami Queiroz bersama Portugal. Langkah mereka menuju Afsel begitu berat. Portugal baru mengoleksi 10 angka dari tujuh laga di grup 1 Zona Eropa. Sulit mengejar tiket langsung. Paling mungkin adalah mengejar tiket via playoff.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda