BELUM ADA TITIK TEMU

Selasa, 25 Agustus 2009
Pemberangkatan Sepak Bola ke SEA Games 2009
koncomacan - JAKARTA, PSSI terus meminta kejelasan status keberangkatan ke SEA Games XXV/2009 Laos, Desember. Meski, Timnas U-23 sudah didaftarkan entry by number oleh KOI.
Maklum, belum adanya kepastian pendanaan menjadi kendala terbesar untuk pengiriman atlet. Nah, sepak bola sebagai cabang olahraga yang memiliki kuota besar tak bisa menjanjikan medali.
Menurut sejarah, Indonesia terakhir meraih medali emas pada 1991. Saat itu pun belum ada pembatasan usia seperti akhir-akhir ini. Sebelumnya, minimnya dana itu pula yang membuat sepak bola tidak didaftarkan ke SEA Games. KOI menyatakan hanya sanggup mengirimkan 155 atlet ke SEA Games karena pemerintah memberikan dana kontingen Rp 20 miliar kepada mereka.
Dana tersebut tidak hanya digunakan memberangkatkan para atlet Indonesia ke SEA Games, tapi juga untuk memberangkatkan atlet ke Asian Martial Art lalu (Rp 2,6 miliar), Paralimpic Games (Rp 1 miliar), Islamic Solidarity Games (ISG) di Iran (Rp 2 miliar), serta Asian Indoor Games (AIG) di Vietnam (Rp 2 miliar).
Dari total keempat multieven tersebut, dana yang tersisa untuk memberangkatkan atlet hanya sekitar Rp 12,4 miliar. Setelah diperhitungkan, KOI hanya sanggup memberikan kuota 155 atlet dari 22 cabang menuju Laos.
Namun, dalam perkembangannya, KOI merevisi keputusan itu dan melibatkan lagi sepak bola setelah golf masuk kontingen. Dengan demikian, total cabang yang berangkat ke Laos mencapai 22 cabang. Keputusan itu menimbulkan konsekuensi, yakni kontingen beranggota 250 atlet. Imbasnya, dana membengkak mencapai Rp 19,5 miliar alias kurang Rp 7,1 miliar. Sampai sekarang belum ada titik terang apakah dana tersebut bisa dipenuhi.
Sekjen PSSI Nugraha Besoes menyatakan belum menerima pemberitahuan secara administrasi dari KOI atau komandan pelatnas sampai kemarin. Usahanya untuk berkomunikasi dengan KOI juga mentah. ''Sangat naif jika sepak bola tidak diberangkatkan. Itu olahraga masyarakat penuh prestise,'' tegasnya.
Dia tak percaya KOI tak memiliki dana pengiriman. Kenyataannya, pelatnas bisa berjalan di Palembang atas biaya pemda dan KONI Sumsel. ''Kalau KOI mau bertindak lebih, tentu ada jalan keluarnya,'' ujarnya.
Nugraha mengkhawatirkan kondisi psikologis timnas U-23 jika batal berangkat. ''Mereka telah serius berlatih di Palembang sejak awal Agustus lalu. Pemain akan merasa sia-sia, padahal mereka bisa bermain di klub atau sekolah,'' jelasnya.
Sementara itu, Djoko Pramono, komanda pelatnas, menegaskan sudah mendaftarkan tim sepak bola sejak 10 Agustus lalu bertepatan dengan entry by number ditutup. Memang, pengiriman masih terus diusahakan. ''Soal pengiriman, belum bisa diputuskan sekarang karena hambatan terbesar adalah masalah dana,'' ungkapnya.
Pria yang berpengalaman membawa kontingen Indonesia menghadapi multieven itu sudah mengajak bicara manajer timnas U-23.
Pemberangkatan Sepak Bola ke SEA Games 2009
koncomacan - JAKARTA, PSSI terus meminta kejelasan status keberangkatan ke SEA Games XXV/2009 Laos, Desember. Meski, Timnas U-23 sudah didaftarkan entry by number oleh KOI.
Maklum, belum adanya kepastian pendanaan menjadi kendala terbesar untuk pengiriman atlet. Nah, sepak bola sebagai cabang olahraga yang memiliki kuota besar tak bisa menjanjikan medali.
Menurut sejarah, Indonesia terakhir meraih medali emas pada 1991. Saat itu pun belum ada pembatasan usia seperti akhir-akhir ini. Sebelumnya, minimnya dana itu pula yang membuat sepak bola tidak didaftarkan ke SEA Games. KOI menyatakan hanya sanggup mengirimkan 155 atlet ke SEA Games karena pemerintah memberikan dana kontingen Rp 20 miliar kepada mereka.
Dana tersebut tidak hanya digunakan memberangkatkan para atlet Indonesia ke SEA Games, tapi juga untuk memberangkatkan atlet ke Asian Martial Art lalu (Rp 2,6 miliar), Paralimpic Games (Rp 1 miliar), Islamic Solidarity Games (ISG) di Iran (Rp 2 miliar), serta Asian Indoor Games (AIG) di Vietnam (Rp 2 miliar).
Dari total keempat multieven tersebut, dana yang tersisa untuk memberangkatkan atlet hanya sekitar Rp 12,4 miliar. Setelah diperhitungkan, KOI hanya sanggup memberikan kuota 155 atlet dari 22 cabang menuju Laos.
Namun, dalam perkembangannya, KOI merevisi keputusan itu dan melibatkan lagi sepak bola setelah golf masuk kontingen. Dengan demikian, total cabang yang berangkat ke Laos mencapai 22 cabang. Keputusan itu menimbulkan konsekuensi, yakni kontingen beranggota 250 atlet. Imbasnya, dana membengkak mencapai Rp 19,5 miliar alias kurang Rp 7,1 miliar. Sampai sekarang belum ada titik terang apakah dana tersebut bisa dipenuhi.
Sekjen PSSI Nugraha Besoes menyatakan belum menerima pemberitahuan secara administrasi dari KOI atau komandan pelatnas sampai kemarin. Usahanya untuk berkomunikasi dengan KOI juga mentah. ''Sangat naif jika sepak bola tidak diberangkatkan. Itu olahraga masyarakat penuh prestise,'' tegasnya.
Dia tak percaya KOI tak memiliki dana pengiriman. Kenyataannya, pelatnas bisa berjalan di Palembang atas biaya pemda dan KONI Sumsel. ''Kalau KOI mau bertindak lebih, tentu ada jalan keluarnya,'' ujarnya.
Nugraha mengkhawatirkan kondisi psikologis timnas U-23 jika batal berangkat. ''Mereka telah serius berlatih di Palembang sejak awal Agustus lalu. Pemain akan merasa sia-sia, padahal mereka bisa bermain di klub atau sekolah,'' jelasnya.
Sementara itu, Djoko Pramono, komanda pelatnas, menegaskan sudah mendaftarkan tim sepak bola sejak 10 Agustus lalu bertepatan dengan entry by number ditutup. Memang, pengiriman masih terus diusahakan. ''Soal pengiriman, belum bisa diputuskan sekarang karena hambatan terbesar adalah masalah dana,'' ungkapnya.
Pria yang berpengalaman membawa kontingen Indonesia menghadapi multieven itu sudah mengajak bicara manajer timnas U-23.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda