PERJUANGAN IBNU GRAHAN MENGGAPAI KARIR
Gagal Akabri, Nikmati Sepak Bola tanpa Alas Kaki
koncomacan - Ibnu Grahan identik dengan sepak bola Surabaya. Ketika berkarir sebagai pemain maupun pelatih, dia sering berkutat di Kota Pahlawan. Siapa sangka, Ibnu meraih sukses itu tanpa merasakan pembinaan klub.
Tidak sedikit pemain yang memilih menjadi pelatih setelah gantung sepatu. Banyak alasannya. Antara lain, mereka merasa bekal sebagai pemain cukup untuk menjadi modal sebagai pelatih. Ada juga yang ingin menjadi pelatih karena telanjur cinta kepada sepak bola.
Menjadi pelatih juga menjadi pilihan Ibnu Grahan. Setelah pensiun sebagai pemain satu dekade lalu, mantan penggawa Persebaya Surabaya itu merintis karir di dunia kepelatihan. Ibnu mengawalinya dengan menjadi arsitek tim Persebaya U-18 yang turun di ajang Liga Remaja. Di debutya sebagai pelatih, Ibnu mengantarkan Persebaya U-18 bertengger di peringkat ketiga nasional.
Namun, dia juga memberikan catatan kurang mengenakkan. ''Saya sempat kena skors tiga kali pertandingan karena ngeplak wasit,'' tuturnya. Namanya pelatih baru, emosi Ibnu memang masih labil. Suami Wahyu Rina Damayanti itu mengaku tak bisa menahan amarah ketika melihat wasit yang memimpin kurang tegas.
Selanjutnya, karir dia sebagai pelatih terus naik turun. Pernah gagal membesut Persebaya dalam setengah musim 2007, dia kembali berjuang. Dia melanjutkan kiprah dengan membesut Persela Lamongan U-21. Setelah itu, Ibnu kembali ke Surabaya. Dia dipercaya menjadi asisten pelatih Green Force -julukan Persebaya- pada putaran kedua musim 2009.
Untuk meningkatkan kemampuan sebagai pelatih, Ibnu tak menyia-nyiakan kesempatan mengikuti kursus. Dia berencana mengikuti kursus kepelatihan lisensi A. ''Sebenarnya, tidak ada kata terlambat, karena memang butuh biaya lumayan besar,'' jelas dia.
Lagi pula, kursus tersebut bisa dibilang sulit. Meski begitu, dia optimistis dapat melalui ujian tersebut. Kata Ibnu, sedikit pengalaman menjadi asisten Aji Santoso saat membesut Persebaya musim lalu menjadi salah satu modalnya. Tapi, dia belum menentukan tujuan sesudah kursus tersebut. ''Saya belum pikirkan itu. Saya ingin konsentrasi dulu,'' tutur pria yang menjadi PNS di Dispora Surabaya tersebut.
Ketika duduk di bangku sekolah, tak tebersit keinginan di benak Ibnu untuk menjadi pelatih. ''Hingga remaja, saya mempeng (serius, Red) sekolah. Sungkan kalau nilainya jelek. Soalnya, sekolah dibiayai orang lain,'' terangnya.
Setelah lulus SMA, Ibnu berkarir di luar sepak bola. Dia pernah menjalani tes Akabri di Magelang pada 1986. Tapi, jalan hidup Ibnu bukan di dunia militer. Dia gagal dan harus pulang ke Surabaya.
Sembari berpikir untuk menentukan langkah selanjutnya, Ibnu tidak melupakan kegemaran bermain bola. Suatu ketika, kesempatan emas itu datang. ''Om Nicky (pelatih Tambaksari Nicky Puttiray, Red) memanggil saya untuk bermain di turnamen antarkecamatan,'' jelasnya.
Di ajang itu, Ibnu bermain tanpa alas kaki alias nyeker. Namun, ada hikmah besar yang diraihnya. Di turnamen selevel kompetisi internal Persebaya itu, Ibnu menjelma menjadi pemain andal. Selain merebut gelar pencetak gol terbanyak, dia menjadi pemain terbaik musim 1986.
Pada 1987, Ibnu mulai menghiasi tim Persebaya di kompetisi perserikatan. Selain itu, dia bermain di klub internal Persebaya, Putra Gelora. Karir Ibnu di dunia sepak bola terus berlanjut hingga berpindah pada tim Surabaya lainnya: Mitra Surabaya dan Assyabaab Salim Group Surabaya. (red/agus ef)
Data Diri
Nama : Ibnu Grahan
Lahir : Surabaya, 23 Juli 1967
Istri : Wahyu Rina Damayanti
Anak :
Yohansyah Primaditya
Erliga Danelo Ramadan
Arliga Kanza Al-Ayubi
Karir Pemain
1986 Tambaksari
1987-1993 Persebaya/Putra Gelora
1993-1995 Mitra Surabaya
1997-1997 Assyabaab
Karir Pelatih
2002 Persebaya U-18
2003-2006 Persebaya (asisten)
2007 Persebaya
2007 PS Sumbawa Barat
2008 Persela U-21
2009 Persebaya (asisten)
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda