SUPER SEKEDAR STATUS

Becermin dari Hasil Sidang Komisi Disiplin PSSI
koncomacan - Banyak catatan mengiringi perjalanan Djarum Indonesia Super League (DISL) 2008/2009. Tidak terkecuali catatan tentang disiplin mematuhi aturan permainan sepak bola. Dari catatan tentang disiplin itu, tecermin status buruk DISL edisi pertama tersebut.
SEBANYAK 135 keputusan telah diambil Komisi Disiplin (Komdis) PSSI terkait dengan pelanggaran disiplin aturan permainan sepak bola di DISL 2008/2009. Jumlah tersebut keluar berdasar hasil sidang komdis dari 15 Juli 2008 hingga 6 Mei 2009.
Jumlah itu pun masih bisa bertambah. Sebab, komdis baru bersidang untuk pelanggaran yang terjadi hingga pertandingan pada 30 April lalu. Padahal, kompetisi DISL musim ini baru berakhir pada 10 Juni mendatang.
Dalam rentang 1 Mei hingga 10 Juni, terdapat tak kurang dari 72 pertandingan. Dalam rentang waktu tersebut, suhu persaingan memanas, baik itu di papan atas maupun papan bawah. Situasi itu pun membuka peluang terjadinya pelanggaran disiplin. Maka, jumlah keputusan komdis masih bisa bertambah.
Dengan jumlah 135 keputusan saja, angka pelanggaran sudah terbilang terlalu tinggi. Jadi, bagaimana jadinya jika nanti jumlah tersebut semakin menggelembung? "Apa yang tersaji saat ini menunjukkan dua hal," ujar Hinca Pandjaitan, ketua Komdis PSSI.
Hinca menjelaskan, hal pertama menunjukkan bahwa komdis telah bekerja dengan cepat. Sedangkan untuk hal kedua, fakta tersebut menyiratkan, pelaku sepak bola belum sepenuhnya siap mengikuti DISL yang berpredikat kompetisi profesional. "Jadi, data itu membuktikan bahwa kompetisi ini belum super seperti statusnya," tegas Hinca.
"Banyaknya keputusan yang dikeluarkan komdis ini sepertinya menggambarkan bahwa super masih sekadar status bagi DISL," tambah Benhard Limbong, wakil ketua Komdis PSSI.
Dengan status kompetisi profesional dan menempati kasta tertinggi di pentas sepak bola Indonesia, sudah seharusnya memang pelanggaran disiplin tidak terlalu banyak. Sebab, para pelakunya tentu sudah pernah membaca aturan permainan sepak bola. Mereka juga sudah semestinya telah memahami aturan-aturan yang tertuang. Tidak hanya sampai di situ, para pelaku DISL tentu juga wajib menjalankan dan mematuhi segala hal yang tertuang dalam aturan permainan sepak bola.
Dengan begitu, angka pelanggaran disiplin di DISL seharusnya minim. Bukannya setinggi seperti saat ini. Fakta yang tersaji dari hasil sidang komdis tersebut tentu menjadi ironi. "Kami yang berada di komdis sebenarnya sedih jika harus mengambil keputusan. Tapi, kami harus mengambil sikap. Sebab, itulah fakta yang sesungguhnya terjadi. Fakta tersebut jelas menjadi pukulan buat kami semua," ungkap Limbong.
Dari kacamata Limbong, potret buruk itu tentu harus diminimalkan. Bukan saja dalam sisa kompetisi yang ada, namun yang lebih penting tentu dalam kompetisi musim mendatang. "Masalah pelanggaran disiplin memang menjadi PR (pekerjaan rumah) besar bagi kami. Karena itu, untuk menghadapi musim depan, kami mulai menyusun strategi agar pelanggaran tersebut lebih minim," tutur Andi Darussalam Tabusalla, ketua Badan Liga Sepak Bola Indonesia (BLI).
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda