KLUB MENJERIT KOMPETISI DIHENTIKAN

Kompetisi Terancam Molor
Wacana menghentikan Liga Super secara total bergulir kembali. Klub mengaku rugi besar bila kompetisi ditunda sementara waktu lantaran pemilu. Desakan untuk menghentikan kompetisi menguat setelah mendengar hasil pertemuan PSSI dan Polri di Mabes Polri, Senin (2/2). Aparat keamanan mengaku keberatan bila harus mengeluarkan izin pertandingan menjelang pemilu legislatif dan presiden.
Klub mengklaim anggaran membengkak bila kompetisi molor. Manajer Pelita Jaya Rahim Soekasah mengungkapkan, kompetisi idealnya dihentikan mulai saat ini. ’’Kalau kompetisi tidak boleh digulirkan menjelang pemilu, lebih baik dihentikan saja. Kami mengerti, situasi pemilu bisa saja memanas. Tapi, klub tidak mau terbebani. Ini bisa menjadi win-win solution. Banyak klub finansialnya kurang aman bila waktu kompetisi ditambah,” tandas Rahim kepada SINDO kemarin. Bukan kali ini wacana menghentikan kompetisi bergulir. Imbauan menunda kompetisi sementara waktu pernah muncul sebagai respons meningginya grafik insiden keributan.
Imbasnya, izin pertandingan milik Persija Jakarta, Persib Bandung, sampai PSMS Medan dicabut.Ketiga klub itu pun harus mencari homebase baru di luar Jakarta dan Jawa Barat. Young Guns –julukan Pelita– mengaku klub dirugikan lantaran investasi Rp500 juta sebulan terbuang. ’’Gaji pemain tetap dibayarkan, tapi mereka tidak bertanding. Jadi, tidak ada hasil yang konkret. Masalah klub juara Liga Super bisa ditentukan dari posisi teratas saat ini. Begitu juga sebaliknya, dengan klub degradasi. Kalau kompetisi dihentikan sekarang, waktu persiapan musim berikutnya lebih banyak.
Nanti bisa ditata ulang. Yang jelas, menunda kompetisi bukan solusi,” tuturnya. Seandainya wacana tersebut digunakan sebagai rujukan, Persipura Jayapura berhak menyandang gelar juara Liga Super. Klub berjuluk Mutiara Hitamitu berada di peringkat 1 dengan nilai 46 dari 21 pertandingan. Persija Jakarta berpotensi sebagai runner-up karena mengantongi nilai 42. Kedua klub itu memiliki sisa pertandingan lebih banyak dari Sriwijaya FC (SFC) yang satu strip di atasnya dengan poin 43 dari 22 pertandingan. Rahim menambahkan, administrasi pemain akan diselesaikan menurut durasi kontrak.
’’Nantinya gaji pemain tetap dibayar sampai Juni. Klub agak ringan karena tidak membayar uang makan atau akomodasi pemain lainnya. Kompetisi pada Mei tetap tidak efektif, apalagi sudah masuk persiapan pilpres (pemilihan presiden),” ujarnya. Pendapat serupa diungkapkan Persita Tangerang. Klub berjuluk Pendekar Cisadane tersebut mengaku butuh dana ekstra Rp400 juta sebulan bila kompetisi molor. ’’Tidak masalah bila kompetisi dihentikan sekarang. Artinya, sistem promosi degradasi juga tidak ada. Siapa yang mau menutup anggaran Rp400 juta kalau kompetisi molor? Kecuali BLI atau PSSI ikut memikirkan masalah finansial klub. Intinya, mereka mau membayar sisa gaji tersebut atau tidak,” kata Manajer Tim Persita Andi Mulyadi.
Sementara itu, BLI berjanji akan memberikan sikap pada Senin (9/3) atau Selasa (10/3). Direktur Kompetisi BLI Joko Driyono menyatakan, hasil pertemuan antara PSSI dan Polri belum final.’’Kami menunggu sikap klub sampai Jumat (6/3). Kami berharap kompetisi bergulir. Delay belum pasti, kami kesulitan mengeksekusi pada Agustus, bisa juga sampai September. Klub, sponsor, dan televisi banyak dirugikan kalau jadwal mundur. Kami belum memikirkan solusi lain. Bisa saja seluruh pertandingan digelar malam hari setelah kampanye,” tandasnya.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda