PENONTON YANG PALING DEWASA

Bicara sikap, menurut kacamata komisi disiplin (komdis), penonton atau suporter dinilai paling dewasa di ISL edisi perdana ini. "Memang, masih ada aksi anarkis dan kerusuhan. Tapi, jumlahnya jauh lebih menurun daripada tahun-tahun sebelumnya," kata Hinca Pandjaitan, ketua komdis.
Tak bisa dimungkiri bahwa kerusuhan suporter musim ini memang masih mewarnai kompetisi. Setidaknya, ada tiga kerusuhan besar yang meletup. Misalnya, aksi brutal suporter Persib Bandung saat timnya kalah dari Persija di Stadion Siliwangi, Bandung (20/7/08). Kemudian, suporter Arema Malang yang bertindak anarkis di akhir laga Arema kontra PKT Bontang (13/9/08). Selain itu, ada keributan yang dilakukan suporter PSM Makassar ketika timnya ditekuk Persela Lamongan (15/9/08).
"Kerusuhan tersebut memang disayangkan. Tapi, kami tetap lebih mengapresiasi penonton. Sebab, mereka jauh lebih dewasa," sebut Hinca.
Dasarnya, fakta yang masuk ke meja komdis. Misalnya, jumlah masalah yang ditimbulkan penonton jauh lebih sedikit dibandingkan lainnya. Perangkat pertandingan, misalnya. Banyak sekali laporan yang masuk ke meja komdis terkait dengan buruknya kepemimpinan wasit.
Bahkan, berdasar hasil sidang komdis, ada tujuh wasit yang dikembalikan ke Badan Perwasitan Sepak Bola Indonesia (BWSI). Selain itu, ada sembilan pengawas pertandingan (PP) yang dikembalikan ke BWSI. Satu diantara sembilan PP tersebut bahkan diistirahatkan selama satu tahun. "Kinerja perangkat pertandingan masih amburadul," kritik Hinca. (red/agus ef)
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda